Menurut Syekh Muhammad Ibrahim Al-Hamd,
aqidah Islam yang tercermin dalam aqidah ahlu
sunnah wal jama’ah memiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki
aqidah manapun, hal ini tentunya dikarenakan aqidah Islam bersumber dari wahyu
yang tidak tersentuh kebatilan dari arah manapun datangnya. Keistimewaan
tersebut antara lain sebagai berikut:[1]
1.
Sumber pengambilannya
adalah murni. Hal ini karena aqidah Islam berpegang teguh pada Al-Qur’an,
As-Sunnah, dan Ijma’ Salafush Shalih.
Sehingga aqidah Islam betul-betul sumber yang jernih dan jauh dari hawa nafsu.
2.
Berdiri di atas pondasi
penyerahan diri kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya. Dikarenakan
akal tidak mampu memahami hal yang gaib, dan tidak mampu secara mandiri
mengetahui syariat Islam secara terperinci karena kelemahan dan
keterbatasannya, maka senantiasa berserah diri terhadap segala ketentuan Allah ﷻ.
3. Aqidah Islam sesuai dengan fitrah lahiriyah yang sehat dan
selaras dengan akal murni. Akal murni yang bebas dari pengaruh syahwat dan
subhat tidak akan bertentangan dengan nash yang shahih dan bebas dari
kerancuan.
4.
Aqidah Islam adalah aqidah
yang jelas, mudah, dan terang. Tidak ada kekaburan, kerumitan, dan kerancuan di
dalam nashnya yang shahih. Karena lafaz-lafaznya begitu jelas dan
makna-maknanya demikian terang.
5. Aqidah Islam bebas dari kerancuan, paradoks, dan kebatilan. Aqidah Islam adalah wahyu yang tidak bisa dimasuki oleh kebatilan dari arah manapun. Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih tidak satupun yang saling bertentangan, melainkan serupa, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain. Allah ﷻ berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Artinya:
Maka apakah mereka tidak memerhatikan Al-Qur’an? Kalau
kiranya Al-Qur’an tu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa/4: 82)
6.
Aqidah Islam bersifat umum,
universal, dan berlaku untuk segala zaman, tempat, umat, dan keadaan. Ia
berlaku bagi generasi awal maupun generasi akhir, bangsa Arab maupun bangsa
non-Arab.
7. Aqidah Islam adalah aqidah yang kokoh, stabil, dan kekal. Aqidah Islam akan tetap kokoh sampai hari kiamat karena Allah ﷻ sendirilah yang menjaga keotentikannya. Ia diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya tanpa mengalami perubahan, penggantian, penambahan maupun pengurangan sedikitpun. Allah ﷻ berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr/15:9)
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Artinya:
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, namun Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya. (QS. As-Shaff\61: 8)
8. Seseorang yang senantiasa menjaga kemurnian aqidah Islam, maka Allah ﷻ akan mengangkat derajatnya, menaikkan pamornya, dan menyebarluaskan kemuliaannya. Ia akan menjadi sebaik-baiknya makhluk yang bahkan berpotensi mengalahkan kemuliaan dari pada malaikat itu sendiri. Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat/49: 13)
9. Menjadi sebab hadirnya pertolongan Allah ﷻ di dunia dan khusunya di akhirat. Jadi hari dimana manusia dibangkitkan tidak ada siapapun yang mampu menolongnya. Baik itu saudara, anak, istri, ibu dan ayah. Siapapun mereka dan bagaimanapun besarnya cinta mereka ketika di dunia, namun di akhirat ia tidak mampu memberikan pertologan kepada orang-orang yang dicintainya, melainkan hanya Allah ﷻ yang mampu memberikan pertolongan. Allah ﷻ berfirman:
فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ﴿٣٣﴾يَوْمَ يَفِرُّ ٱلْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ﴿٣٤﴾وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ﴿٣٥﴾ وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ ٱمْرِئٍۢ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍۢ شَأْنٌۭ يُغْنِيهِ﴿٣٧﴾وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ مُّسْفِرَةٌۭ ﴿٣٨﴾ ضَاحِكَةٌۭ مُّسْتَبْشِرَةٌۭ ﴿٣٩﴾ وَوُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌۭ﴿٤٠﴾تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ﴿٤١﴾أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَفَرَةُ ٱلْفَجَرَةُ
Artinya:
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. Pada hari itu wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa gembira ria, dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram), tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan). Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. (QS. Abasa/80: 33-42)
10.
Aqidah Islam adalah aqidah
persaudaraan dan persatuan. Umat Islam diberbagai belahan dunia memiliki
perbedaan adat istiadat, warna kulit, dan bahasa, tetapi dengan aqidah Islam
mereka menjadi saudara dan tidak berselisih dan terpecah belah. Melainkan
dengan aqidah Islam mereka saling mendukung, menguatkan, saling mencintai dan
mendoakan satu sama lain. Allah ﷻ
berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat/49: 13)
Kemudian dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
Artinya:
Sesungguhnya
orang mukmin yang satu dengan yang lain seperti bangunan. Yang sebagian
menguatkan sebagian yang lain. Dan Nabi menggabungkan jari-jari tangannya. (HR.
Bukhari)
11.
Aqidah Islam melindungi
para pemeluknya dari tindakan serampangan, kekacauan, dan kehancuran, karena
manhaj-nya satu, prinsipnya jelas, terang dan tidak berubah-ubah. Sehingga
dengan demikian pemeluknya pun selamat dari tindakan mengikuti hawa nafsu.
Mereka mengetahui dengan jelas siapa yang harus dijadikan sebagai sahabat dan
siapa yang harus dimusuhi, mereka juga tahu apa yang menjadi hak dan
kewajibannya. Sehingga selamatlah mereka dari cerai-berai, kesesatan dan
kehancuran.
12.
Aqidah Islam mampu
menyambungkan hati seorang mukmin dengan penciptanya yaitu Allah ﷻ, sehingga hatinya pun
merasakan ketenangan dan tidak ada kecemasan dan kegalauan sedikitpun dalam
jiwanya.
13.
Aqidah Islam membawa
perubahan yang baik terhadap perilaku manusia. Karena aqidah Islam ini
senantiasa memerintahkan manusia agar mengerjakan segala kebajikan dan melarang
dari segala perbuatan yang keji dan mungkar. Ia memerintahkan berbuat adil dan
melarang perbuatan zalim yang menyimpang.
14. Aqidah Islam mendorong para pemeluknya untuk bersikap tegas dan serius dalam segala hal. Tidak meremehkan amalan perbuatan sekecil apapun itu, dan sebaliknya tidak meremehkan perbuatan dosa sekecil apapun itu. Karena semua perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Allah ﷻ berfirman:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًۭا
يَرَهُۥ ﴿٧﴾
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۢ شَرًّۭا يَرَهُۥ ﴿٨﴾
Artinya:
Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. Al-Zalzalah/99: 7-8)
15. Aqidah Islam mengantarkan kepada pembentukan umat yang kuat,
karena mereka yang berpegang teguh pada aqidah ini akan mengorbankan apa saja
untuk memperkokoh agamanya dan memperkuat pilar-pilarnya. Mereka tidak
memedulikan apapun yang menimpa mereka dalam rangka memperjuangkan hal itu.
Mereka tidak akan gentar menghadapi orang-orang yang suka meneror ataupun
menebar kebencian.
16. Aqidah Islam dapat membangkitkan rasa hormat kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah di dalam jiwa orang mukmin. Hal itu karena orang mukmin
mengetahui dengan pasti bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah hak, benar,
petunjuk dan rahmat seluruh umat.
17. Aqidah Islam menjamin kehidupan yang mulia bagi manusia. Di bawah naungan aqidah Islam, keamanan dan kehidupan yang mulia akan terwujud dengan sempurna, baik itu di dunia terkhusus lagi di akhirat. Allah ﷻ berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya:
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (QS. Al-An’Am/6: 82)
18.
Aqidah Islam tidak
bertentangan dengan ilmu pengetahuan, justru dalam ajaran Islam seseorang
diperintahkan untuk mempelajari semua ilmu pengetahuan yang bisa mendatangkan
manfaat bagi kehidupan. Bisa dilihat begitu banyak ulama-ulama terdahulu yang
menjadi seorang ilmuan yang hebat dan aqidahnya tetap terjaga dan terpelihara.
Misalnya seperti Ibnu Sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern. Al-Khawarizmi
seorang pelopor yang mengembangkan konsep aljabar, alogaritma dan bilangan nol
yang tanpanya mungkin saja manusia modrn tidak akan mengenal komputer,
smartphone, internet dan teknologi modrn lainnya. Ismail al-Jazari pelopor
konsep hidrolik, cikal bakal ilmu robotik. Abu Al-Wafa Al Buzjani peletak dasar
trigonometri. Fatimah al Fihri pendiri
universitas pertama di dunia. Dan tentunya masih banyak lagi Ilmuan Islam dari
berbagai macam bidang ilmu pengetahuan seperti sejarah, geografi, matematika,
filsafat dan lain sebagainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
19.
Aqidah Islam mengakomodasi
kepentingan ruh, hati dan tubuh. Tidak ada aspek yang lebih diunggulkan atas
aspek lainnya, dan tidak ada kepentingan merampas kepentingan lainnya. segala
sesuatunya berjalan dengan sangat cermat, harmonis, dan seimbang.
20.
Aqidah Islam menghormati
akal sehat, menghargai perannya, mengangkat kedudukannya, tidak mengekangnya,
dan tidak mengingkari aktivitasnya. Islam tidak mengizinkan apabila seorang
muslim memadamkan cahaya akalnya dan memilih taklid buta dalam masalah aqidah
dan yang lainnya. Islam justru meminta agar setiap muslim mengamati langit dan
bumi, merenungkan dirinya dan tanda-tanda kekuasaan Allah ﷻ di sekitarnya.
21. Aqidah Islam mengakui perasaan manusiawi dan menghargai dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi pada saat yang sama ia tidak melepaskan kendali penuh kepadanya, melainkan meluruskannya, mengangkat derajatnya, dan mengarahkannya ke arah yang benar, sehingga menjadikannya sarana kebaikan dan pembangunan, bukan menjadi bidang penghancuran dan perusakan.
22. Secara umum aqidah Islam mampu mengatasi semua problematika dalam kehidupan. Karena dalam Islam semua urusan telah diatur dengan sempurna. Baik itu masalah bisnis, politik, pemerintahan, pendidikan, hubungan sosial antar umat ataupun kepada yang berbeda keyakinan, semua telah diaatur dalam Islam dengan sangat rapi
[1] Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Cet. II; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014), h.16.