KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM

Menurut Syekh Muhammad Ibrahim Al-Hamd, aqidah Islam yang tercermin dalam aqidah ahlu sunnah wal jama’ah memiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki aqidah manapun, hal ini tentunya dikarenakan aqidah Islam bersumber dari wahyu yang tidak tersentuh kebatilan dari arah manapun datangnya. Keistimewaan tersebut antara lain sebagai berikut:[1]

1.       Sumber pengambilannya adalah murni. Hal ini karena aqidah Islam berpegang teguh pada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma’ Salafush Shalih. Sehingga aqidah Islam betul-betul sumber yang jernih dan jauh dari hawa nafsu.

2.       Berdiri di atas pondasi penyerahan diri kepada Allah dan Rasul-Nya. Dikarenakan akal tidak mampu memahami hal yang gaib, dan tidak mampu secara mandiri mengetahui syariat Islam secara terperinci karena kelemahan dan keterbatasannya, maka senantiasa berserah diri terhadap segala ketentuan Allah .

3.       Aqidah Islam sesuai dengan fitrah lahiriyah yang sehat dan selaras dengan akal murni. Akal murni yang bebas dari pengaruh syahwat dan subhat tidak akan bertentangan dengan nash yang shahih dan bebas dari kerancuan.       

4.       Aqidah Islam adalah aqidah yang jelas, mudah, dan terang. Tidak ada kekaburan, kerumitan, dan kerancuan di dalam nashnya yang shahih. Karena lafaz-lafaznya begitu jelas dan makna-maknanya demikian terang.

5.       Aqidah Islam bebas dari kerancuan, paradoks, dan kebatilan. Aqidah Islam adalah wahyu yang tidak bisa dimasuki oleh kebatilan dari arah manapun. Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih tidak satupun yang saling bertentangan, melainkan serupa, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain. Allah berfirman:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا 

Artinya:

Maka apakah mereka tidak memerhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an tu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa/4: 82)

 

6.       Aqidah Islam bersifat umum, universal, dan berlaku untuk segala zaman, tempat, umat, dan keadaan. Ia berlaku bagi generasi awal maupun generasi akhir, bangsa Arab maupun bangsa non-Arab.

7.       Aqidah Islam adalah aqidah yang kokoh, stabil, dan kekal. Aqidah Islam akan tetap kokoh sampai hari kiamat karena Allah sendirilah yang menjaga keotentikannya. Ia diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya tanpa mengalami perubahan, penggantian, penambahan maupun pengurangan sedikitpun. Allah berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ 

Artinya:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr/15:9)

 

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ 

Artinya:

Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, namun Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya. (QS. As-Shaff\61: 8)

8.       Seseorang yang senantiasa menjaga kemurnian aqidah Islam, maka Allah akan mengangkat derajatnya, menaikkan pamornya, dan menyebarluaskan kemuliaannya. Ia akan menjadi sebaik-baiknya makhluk yang bahkan berpotensi mengalahkan kemuliaan dari pada malaikat itu sendiri. Allah berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

Artinya:

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat/49: 13)

 

9.       Menjadi sebab hadirnya pertolongan Allah di dunia dan khusunya di akhirat. Jadi hari dimana manusia dibangkitkan tidak ada siapapun yang mampu menolongnya. Baik itu saudara, anak, istri, ibu dan ayah. Siapapun mereka dan bagaimanapun besarnya cinta mereka ketika di dunia, namun di akhirat ia tidak mampu memberikan pertologan kepada orang-orang yang dicintainya, melainkan hanya Allah yang mampu memberikan pertolongan. Allah berfirman:

فَإِذَا جَآءَتِ ٱلصَّآخَّةُ﴿٣٣﴾يَوْمَ يَفِرُّ ٱلْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ﴿٣٤﴾وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ﴿٣٥﴾ وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ ٱمْرِئٍۢ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍۢ شَأْنٌۭ يُغْنِيهِ﴿٣٧﴾وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ مُّسْفِرَةٌۭ ﴿٣٨﴾ ضَاحِكَةٌۭ مُّسْتَبْشِرَةٌۭ ﴿٣٩﴾ وَوُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌۭ﴿٤٠﴾تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ﴿٤١﴾أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَفَرَةُ ٱلْفَجَرَةُ 

Artinya:

Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. Pada hari itu wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa gembira ria, dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram), tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan). Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. (QS. Abasa/80: 33-42)

10.    Aqidah Islam adalah aqidah persaudaraan dan persatuan. Umat Islam diberbagai belahan dunia memiliki perbedaan adat istiadat, warna kulit, dan bahasa, tetapi dengan aqidah Islam mereka menjadi saudara dan tidak berselisih dan terpecah belah. Melainkan dengan aqidah Islam mereka saling mendukung, menguatkan, saling mencintai dan mendoakan satu sama lain. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ 

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat/49: 13)

Kemudian dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ‏

Artinya:

Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan yang lain seperti bangunan. Yang sebagian menguatkan sebagian yang lain. Dan Nabi menggabungkan jari-jari tangannya. (HR. Bukhari)

11.    Aqidah Islam melindungi para pemeluknya dari tindakan serampangan, kekacauan, dan kehancuran, karena manhaj-nya satu, prinsipnya jelas, terang dan tidak berubah-ubah. Sehingga dengan demikian pemeluknya pun selamat dari tindakan mengikuti hawa nafsu. Mereka mengetahui dengan jelas siapa yang harus dijadikan sebagai sahabat dan siapa yang harus dimusuhi, mereka juga tahu apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Sehingga selamatlah mereka dari cerai-berai, kesesatan dan kehancuran.

12.    Aqidah Islam mampu menyambungkan hati seorang mukmin dengan penciptanya yaitu Allah , sehingga hatinya pun merasakan ketenangan dan tidak ada kecemasan dan kegalauan sedikitpun dalam jiwanya.

13.    Aqidah Islam membawa perubahan yang baik terhadap perilaku manusia. Karena aqidah Islam ini senantiasa memerintahkan manusia agar mengerjakan segala kebajikan dan melarang dari segala perbuatan yang keji dan mungkar. Ia memerintahkan berbuat adil dan melarang perbuatan zalim yang menyimpang.

14.    Aqidah Islam mendorong para pemeluknya untuk bersikap tegas dan serius dalam segala hal. Tidak meremehkan amalan perbuatan sekecil apapun itu, dan sebaliknya tidak meremehkan perbuatan dosa sekecil apapun itu. Karena semua perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Allah berfirman:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًۭا يَرَهُۥ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۢ شَرًّۭا يَرَهُۥ ﴿٨﴾

Artinya:

Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. Al-Zalzalah/99: 7-8)

15.    Aqidah Islam mengantarkan kepada pembentukan umat yang kuat, karena mereka yang berpegang teguh pada aqidah ini akan mengorbankan apa saja untuk memperkokoh agamanya dan memperkuat pilar-pilarnya. Mereka tidak memedulikan apapun yang menimpa mereka dalam rangka memperjuangkan hal itu. Mereka tidak akan gentar menghadapi orang-orang yang suka meneror ataupun menebar kebencian.

16.    Aqidah Islam dapat membangkitkan rasa hormat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah di dalam jiwa orang mukmin. Hal itu karena orang mukmin mengetahui dengan pasti bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah hak, benar, petunjuk dan rahmat seluruh umat.

17.    Aqidah Islam menjamin kehidupan yang mulia bagi manusia. Di bawah naungan aqidah Islam, keamanan dan kehidupan yang mulia akan terwujud dengan sempurna, baik itu di dunia terkhusus lagi di akhirat. Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ 

Artinya:

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (QS. Al-An’Am/6: 82)

18.    Aqidah Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, justru dalam ajaran Islam seseorang diperintahkan untuk mempelajari semua ilmu pengetahuan yang bisa mendatangkan manfaat bagi kehidupan. Bisa dilihat begitu banyak ulama-ulama terdahulu yang menjadi seorang ilmuan yang hebat dan aqidahnya tetap terjaga dan terpelihara. Misalnya seperti Ibnu Sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern. Al-Khawarizmi seorang pelopor yang mengembangkan konsep aljabar, alogaritma dan bilangan nol yang tanpanya mungkin saja manusia modrn tidak akan mengenal komputer, smartphone, internet dan teknologi modrn lainnya. Ismail al-Jazari pelopor konsep hidrolik, cikal bakal ilmu robotik. Abu Al-Wafa Al Buzjani peletak dasar trigonometri. Fatimah al Fihri pendiri universitas pertama di dunia. Dan tentunya masih banyak lagi Ilmuan Islam dari berbagai macam bidang ilmu pengetahuan seperti sejarah, geografi, matematika, filsafat dan lain sebagainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

19.    Aqidah Islam mengakomodasi kepentingan ruh, hati dan tubuh. Tidak ada aspek yang lebih diunggulkan atas aspek lainnya, dan tidak ada kepentingan merampas kepentingan lainnya. segala sesuatunya berjalan dengan sangat cermat, harmonis, dan seimbang.

20.    Aqidah Islam menghormati akal sehat, menghargai perannya, mengangkat kedudukannya, tidak mengekangnya, dan tidak mengingkari aktivitasnya. Islam tidak mengizinkan apabila seorang muslim memadamkan cahaya akalnya dan memilih taklid buta dalam masalah aqidah dan yang lainnya. Islam justru meminta agar setiap muslim mengamati langit dan bumi, merenungkan dirinya dan tanda-tanda kekuasaan Allah di sekitarnya.

21.   Aqidah Islam mengakui perasaan manusiawi dan menghargai dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi pada saat yang sama ia tidak melepaskan kendali penuh kepadanya, melainkan meluruskannya, mengangkat derajatnya, dan mengarahkannya ke arah yang benar, sehingga menjadikannya sarana kebaikan dan pembangunan, bukan menjadi bidang penghancuran dan perusakan.

22.  Secara umum aqidah Islam mampu mengatasi semua problematika dalam kehidupan. Karena dalam Islam semua urusan telah diatur dengan sempurna. Baik itu masalah bisnis, politik, pemerintahan, pendidikan, hubungan sosial antar umat ataupun kepada yang berbeda keyakinan, semua telah diaatur dalam Islam dengan sangat rapi


[1] Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Cet. II; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014), h.16. 

TUJUAN DAN MANFAAT AQIDAH ISLAM

Aqidah Islam sebagai aqidah yang murni tentunya memiliki tujuan yang mulia, dimana dengan aqidah Islam manusia akan senantiasa terjaga dari kabut-kabut ide yang menyesatkan dan menyebabkan kerancuan dalam berpikir. Dan dengan aqidah Islam, fitrah dan kemuliaan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini akan senantiasa selalu terjaga dan terpelihara.

Adapun beberapa tujuan dari aqidah Islam yaitu:

1.   Untuk meingikhlaskan niat dan beribadah semata-mata hanya kepada Allah . Sebagaimana Allah berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia meyekutukan dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahf/18: 110)

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ 

Artinya:

Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku (QS. Az-Zariyat/51: 56)

 

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. (QS. Al-An’am/6: 162)

 

2.   Membebaskan akal pikiran dari kegelisahan, yang dapat menjerumuskan pada khurafat atau kesesatan. Allah berfirman:

 

هَٰذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ 

Artinya:

Dan (Al-Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim/14: 52)

 

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ 

Artinya:

Kitab (Al-Qur’an) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. (QS. Sad/38: 29)

 

3.   Memberikan ketenangan pada jiwa dan akal pikiran serta menjadikan ia pribadi yang sabar, tegar, dan kuat dalam menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan. Allah berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٥﴾ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا 

Artinya:

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah/94: 5-6)


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِۚإِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ 

Artinya:

Wahai orang-orang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah/2: 153)

 

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب 

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d/13: 28)

 

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Artinya:

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (QS. Al-Fath/48: 4)


Kemudian dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda: 

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ           

Artinya:

Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan jangan lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau katakan: Seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah: Itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan. Sesungguhnya mengandai andai itu membuka perbuatan setan.” (HR Muslim)

 

4.  Membimbing manusia kembali pada fitrahnya yang lurus, karena pada hakikatnya semua manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, dan fitrah yang dimaksud tidak lain adalah Islam. Sebagaimana Allah berfirman:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُو  

Artinya:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (firah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum/30: 30)

Kemudian dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ                                                                         

Artinya:

Setiap yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anaknya sebagai yahudi, nasrani atau majusi. (HR. Bukhari)

 

5.       Meraih kebahagiaan sejati dunia dan akhirat. Allah berfirman:

 

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ 

Artinya:

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qasas/28: 77)

 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

Artinya:

Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(QS. An-nahl/16: 97)

 

Dengan senantiasa berusaha memaksimalkan diri untuk mencapai tujuan dari aqidah Islam, menjunjung tinggi aqidah Islam dan membebaskan diri dari segala macam keraguan, maka tentunya aqidah Islam akan mendatangkan keberkahan, kemuliaan serta manfaat yang luar biasa dalam kehidupan ini. Diantara manfaat dari aqidah Islam, yaitu:

1.   Dibukanya keberkahan, sebagaimana Allah berfirman:


وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 

Artinya:

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf/7: 96)

 

Ayat ini menjelaskan bahwa, apabila seseorang memiliki aqidah yang benar yaitu beriman dan bertakwa hanya kepada Allah semata, maka Allah akan melimpahkan berkahnya dari langit dan bumi. Berkah Allah dari langit dan bumi contohnya seperti diturunkannya hujan yang menyuburkan, kemudian tumbuhlah berbagai jenis tanam-tanaman, air melimpah, hewan-hewan ternak menjadi sehat, dan sawah serta kebun-kebun menjadi subur.

Tapi manakala seseorang ingkar kepada Allah , maka terjadilah berbagai bencana. Hujan yang pada dasarnya merupakan rahmat Allah , tapi karena perbuatan menyimpang yang dilakukan manusia, hujan itu kemudian menjadi bencana yang menyebabkan banjir dimana-mana, kemudian tanah longsor, gempa, dan bencana alam lainnya menimpa bumi ini. Hal ini sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an bahwa:


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum/30: 41)

 

2.    Dimudahkan urusannya, diberikan rezeki yang tidak disangka-sangka dan dicukupkan segala keperluannya. Allah berfirman:

 

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا ﴿٢﴾ وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا  

Artinya:

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, Niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS. At-Talaq/65: 2-3)

Jadi dengan takwa yang dimiliki seseorang dalam dirinya, senantiasa ia istiqomah menjaga dan memeliharanya, melakukan segala amalan yang dicintai Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya, dan betul-betul menegakkan syariat Islam atas dasar cinta kepada Allah . Maka Allah telah berjanji bahwa Ia  pasti akan selalu memberikan petunjuk, membimbing orang tersebut keluar dari segala permasalahan-permasalahan hidupnya, dibebaskan dari segala macam kegelisahan dan segala urusannya akan dimudahkan.

Selain itu Allah akan senantiasa memberikan ia rezeki dari arah yang tidak pernah ia sangka-sangka sebelumnya. Sehingga boleh jadi ada sesuatu yang ia sangat inginkan atau cita-citakan, yang menurut akal manusia itu sangat mustahil dicapai. Tapi berkat ketundukan yang murni hanya kepada Allah , maka sesuatu yang mustahil itu menurut manusia, kemudian bisa ia capai dari arah yang tidak pernah ia kira sebelumnya. Sehingga tercukupkanlah seluruh keperluaanya.

 

3.    Dijaga oleh Allah dari tipu daya orang-orang zalim, Allah berfirman:

 

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ 

Artinya:

Jika kamu memeproleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikitpun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala sesuatu. (QS. Ali Imran/3: 120)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa dengan bersabar dan bertakwa kepada-Nya, maka tipu daya mereka yaitu orang-orang munafik dan orang-orang zalim, tidak akan membawa kemudharatan kepada mereka yang berpengang teguh pada akidah Islam. Sekalipun mereka dipenuhi kedengkian, selalu berusaha menjatuhkan, menjelek-jelekkan, memfitnah atau menghasut orang lain untuk ikut membenci, namun dengan berpegang teguh kepada aqidah Islam, maka yakinlah Allah selalu melindungi hamba-hambanya yang istiqomah dalam ketaatan.

Maka dari itu tetaplah bersabar dan bertakwa, sebagaiamana dikatakan bahwa teguklah kesabaran, jika kesabaran itu menghidupkanmu maka ia akan menghidupkanmu dalam keadaan mulia. Namun apabila kesabaran itu mematikanmu maka ia mematikanmu dalam keadaan syahid.

 

4.  Di akhirat kelak mereka akan dikembalikan ke tempat terbaik, yaitu surga dengan segala kenikmatannya, dan jiwa-jiwa merekapun akan senantiasa bahagia. Sebagaimana Allah berfirman:

 

لَٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرَارِ  

Atinya:

Orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka akan mendapatkan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai karunia dari Allah. Dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (QS. Ali Imran/3: 198)

                              

۞ مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَاۚتِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْاۖوَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ 

Artinya:

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang yang ingkar kepada Tuhan ialah neraka. (QS. Ar-Ra’d/13: 35)

 

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَۖفِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّىۖوَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْۖكَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ  

Artinya:

Perumpaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak berubah rasa dan baunya, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamr (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan, dan ampunan dari Tuhan mereka. Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih, sehingga ususnya terpotong-potong? (QS. Muhammad/47: 15)

 

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ 

Artinya:

Sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disedikan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabbnya. (QS. Al-Qalam/68: 34)

DASAR AQIDAH ISLAM

Dasar dari aqidah Islam tidak lain adalah Al-Qur’an dan hadis. Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan pokok aqidah Islam ini, begitupun dalam hadis-hadis Rasulullah . Adapun beberapa ayat Al-Qur’an yang memuat kandungan aqidah Islam, antara lain:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ  

Artinya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran. (QS. Al-Baqarah/2: 186)

 

Ayat ini memberikan penjelasan, bahwa sesungguhnya Allah itu senantiasa selalu dekat kepada hamba-hambanya, maka diperintahkanlah seseorang berdoa. Barang siapa yang berdoa dengan penuh keyakinan niscaya Allah pasti akan mengabulkan doanya. Kemudian di akhir ayat Allah meyebutkan penuhilah perintah-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar memperoleh kebenaran. Artinya agar doa seseorang itu dikabulkan tentu ia perlu memenuhi kewajibannya sebagai umat muslim, dan yakin seyakinnya bahwa Allah-lah yang maha pemberi pertolongan dan petunjuk. Maka barang siapa yang senantiasa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim dan senantiasa beriman kepada Allah , sesungguhnya merekalah orang-orang yang akan selalu memperoleh kebenaran petunjuk-Nya.


مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا 

Artinya:

Barang siapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati Allah, dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu) maka ketahuilah kami tidak mengutus (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka. (QS. An-Nisa/4: 80)

 

Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk senantiasa beriman kepada Rasulullah yang mana iman kepada Rasulullah merupakan bagian dari akidah Islam. Selain itu iman kepada Rasulullah pastilah akan mengantarkan seseorang itu beriman kepada Allah . Karena apa yang disampaikan Rasulullah pada dasarnya semua itu adalah wahyu yang datangnya langsung dari Allah dan tidak ada keraguan padanya.


قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya. Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Al-A’raf/7: 158)

 

Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan semesta alam, yang memiliki dan menciptakan segalanya baik itu yang ada di langit maupun di bumi, dan Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan manusia. Oleh sebab itu diperintahkanlah manusia untuk beriman, meyakini seyakin yakinnya keberadaan Allah , menyembah hanya kepada Allah semata, dan senantiasa mengikuti Rasullah . maka dengan begitu ia akan senantisa mendapat petunjuk.

Kemudian dalam beberapa Ayat al-Qur’an yang lain Allah menegaskan:

 

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ 

Artinya:

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan (QS. An-Nahl/16: 53)


لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ 

Artinya:

Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada Tuhan-Tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah yang memiliki Arsy dari apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiya/21: 22)

  

ا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ 

Artinya:

Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada Tuhan (yang lain) bersama-Nya, (sekiranya Tuhan banyak) maka masing-masing Tuhan itu akan membawa apa (makhluk) yang diciptakannya dan sebagian dari Tuhan-Tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Mu’minun/23: 91)

  

فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِۚجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًاۖيَذْرَؤُكُمْ فِيهِۚلَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌۖوَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِي 

Artinya

(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Asy-Syuara/42: 11)

 

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ 

Artinya:

Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadid/57: 3)

 

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُواۚوَاتَّقُوا اللَّهَۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ 

Artinya:

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya (Al-Hasyr/59: 7)

 

 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد ﴿٤﴾

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia. (QS. Al-Ikhlas/112: 1-4)

 

Ayat-ayat di atas telah menjelaskan secara pasti keagungan Allah . Maka suatu hakikat yang tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya seluruh makhluk yang ada di langit dan dibumi semuanya milik Allah , dan tidak seorang pun atau sesuatu pun dari yang berakal maupun tidak berakal menyamai Allah , Dialah yang awal dan yang akhir dan tidaklah Dia beranak dan diperanakkan. Maka tidaklah heran setelah itu semua, Allah Sang Pencipta, Yang Maha Agung dan Maha Tinggi, hanya Dialah yang patut disembah dan ditaati secara mutlak.

Hanya Dia yang pantas untuk dicintai dengan segala makna cinta. Dialah yang mutlak kesempurnaanya, sumber segala keindahan, dan keindahan yang ada dalam kehidupan ini diambil dari-Nya. Dialah yang memberi berbagai rezeki dan kenikmatan, dan sumber dari segala kebaikan.

Inilah hakikat dari aqidah Islam, membuang ataupun menolak segala macam bentuk loyalitas selain loyalitas kepada Allah . Untuk memperjelas hakikat dari aqidah Islam, maka disebutkan dalam Al-Qur’an yang menjadi prinsip-prinsip aqidah itu setidaknya ada tiga hal, yaitu sebagai berikut:[1]

1.       Hendaknya kamu tidak mencari Rabb (Tuhan) kepada selain Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

 

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ ۚ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), "Apakah (patut) aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung jawab. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosan orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan. (QS. Al-An’am/6: 164)

 

Makna prinsip yang pertama ini adalah menolak seluruh tuhan-tuhan palsu yang disembah oleh manusia, baik di zaman dahulu atau sekarang ini, baik di timur atau di barat, baik dari batu, pepohonan, perak dan emas, ataupun matahari dan bulan atau dari golongan jin dan manusia. Ini juga berarti menolak seluruh tuhan-tuhan selain Allah sekaligus mengumumkan revolusi untuk melawan orang-orang di bumi yang mengaku tuhan dan bersikap sombong tanpa dasar yang benar, yaitu mereka yang ingin memperbudak hamba-hambanya Allah ﷻ.

 

2.       Hendaknya kamu tidak mencari wali (penolong) kepada selain Allah . Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

 

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), “Apakah aku akan menjadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?" Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik. (QS Al-An'âm/6: 14)

 

Makna prinsip yang kedua adalah tidak memberikan wala' atau loyalitasnya kepada selain Allah dan golongannya, karena bukanlah aqidah Islam itu suatu pengakuan bahwa Tuhannya adalah Allah , tetapi pada saat yang sama dia memberikan wala', kecintaan dan dukungannya kepada selain Allah , bahkan kepada musuh-musuh-Nya.

 

3.       Hendaknya kamu tidak mencari hakim selain daripada Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an: 

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا ۚ وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ  

Artinya:

Pantaskah aku mencari hakim selain Allah, padahal Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu secara rinci? Orang-orang yang telah kami beri kitab mengetahui benar bahwa (Al-Qur’an) itu diturunkan dari Tuhanmu dengan benar. Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. Al-An’am/6: 114)

Makna prinsip yang ketiga adalah menolak ketundukan kepada setiap hukum selain hukum Allah , setiap perintah selain perintah dari Allah , setiap sistem selain sistem yang ditetapkan Allah , setiap undang-undang selain syari'at Allah dan setiap aturan, tradisi, adat istiadat, manhaj, fikrah dan nilai yang tidak diizinkan oleh Allah . Maka barangsiapa yang menerima sedikit dari semua itu baik sebagai hakim atau yang dihukumi, tanpa izin dari Allah berarti dia telah mernbatalkan salah satu prinsip yang asasi dari prinsip-prinsip aqidah, karena ia telah mencari hakim selain Allah , padahal hukum dan tasyri' itu termasuk hak Allah saja.

Selain firman Allah dalam Al-Qur’an, dasar aqidah Islam yang kedua tidak lain adalah hadis-hadis Rasulullah . Adapun beberapa hadis yang mengandung makna aqidah Islam, antara lain:

 

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَمَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي نَفْسَهُ وَمَالَهُ، إِلَّا بِحَقِّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ

Artinya:

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan laa ilaaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah). Siapa saja yang telah mengucapkan laa ilaaha illallah, sungguh terjagalah nyawa dan harta mereka, kecuali karena hak (Islam). Sedangkan perhitungannya ada di sisi Allah Ta’ala. (HR. Bukhari)

 

إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ، فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Artinya:

Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, jika engkau mendatangi mereka, dakwakanlah kepada mereka untuk bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusannya. (HR. Bukhari)

Kedua hadis di atas menunjukkan bahwa, kewajiban pertama yang harus di tenggakkan setiap mukallaf adalah mengesahkan Allah , karena semua ibadah dan amalan apapun itu tergantung pada aqidahnya. Jika aqidahnya menyimpang, maka tentunya segala ibadah dan amalan-amalan yang ia kerjakan akan tertolak di sisi Allah , itulah pentingnya aqidah Islam.

Kemudian dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda:

 

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Artinya:

Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada qada ketentuan baik dan buruk. (HR.Muslim)

 

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ 

 Artinya:

Demi yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya. Tidaklah mendengar tentangku seorang dari umat ini, baik ia seorang yahudi maupun nasrani, lalu ia meninggal dunia (dalam keadaan) tidak beriman terhadap apa yang aku diutus dengannya (agama Islam). Kecuali ia (pasti) termasuk (menjadi) penghuni neraka. (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis di atas, bahwa ketika kabar tentang Islam telah sampai di telinga seseorang, kemudian orang tersebut tidak beriman kepada ajaran-ajaran Islam itu, ia tidak mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, perbuatan-perbuatan maksiat yang Allah benci justru gemar ia lakukan sampai akhirnya ia meninggal tidak dalam keadaan beriman kepada Islam, maka sungguh celakalah, tidak ada keselamatan baginya dan ia pasti akan dikembalikan ke seburuk-buruknya tempat kembali yaitu nerakanya Allah .



[1] Al-Maktabah asy-Syâmilah, h.7.