DASAR AQIDAH ISLAM

Dasar dari aqidah Islam tidak lain adalah Al-Qur’an dan hadis. Begitu banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan pokok aqidah Islam ini, begitupun dalam hadis-hadis Rasulullah . Adapun beberapa ayat Al-Qur’an yang memuat kandungan aqidah Islam, antara lain:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ  

Artinya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran. (QS. Al-Baqarah/2: 186)

 

Ayat ini memberikan penjelasan, bahwa sesungguhnya Allah itu senantiasa selalu dekat kepada hamba-hambanya, maka diperintahkanlah seseorang berdoa. Barang siapa yang berdoa dengan penuh keyakinan niscaya Allah pasti akan mengabulkan doanya. Kemudian di akhir ayat Allah meyebutkan penuhilah perintah-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar memperoleh kebenaran. Artinya agar doa seseorang itu dikabulkan tentu ia perlu memenuhi kewajibannya sebagai umat muslim, dan yakin seyakinnya bahwa Allah-lah yang maha pemberi pertolongan dan petunjuk. Maka barang siapa yang senantiasa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim dan senantiasa beriman kepada Allah , sesungguhnya merekalah orang-orang yang akan selalu memperoleh kebenaran petunjuk-Nya.


مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا 

Artinya:

Barang siapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati Allah, dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu) maka ketahuilah kami tidak mengutus (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka. (QS. An-Nisa/4: 80)

 

Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk senantiasa beriman kepada Rasulullah yang mana iman kepada Rasulullah merupakan bagian dari akidah Islam. Selain itu iman kepada Rasulullah pastilah akan mengantarkan seseorang itu beriman kepada Allah . Karena apa yang disampaikan Rasulullah pada dasarnya semua itu adalah wahyu yang datangnya langsung dari Allah dan tidak ada keraguan padanya.


قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya. Ikutilah dia agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Al-A’raf/7: 158)

 

Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan semesta alam, yang memiliki dan menciptakan segalanya baik itu yang ada di langit maupun di bumi, dan Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan manusia. Oleh sebab itu diperintahkanlah manusia untuk beriman, meyakini seyakin yakinnya keberadaan Allah , menyembah hanya kepada Allah semata, dan senantiasa mengikuti Rasullah . maka dengan begitu ia akan senantisa mendapat petunjuk.

Kemudian dalam beberapa Ayat al-Qur’an yang lain Allah menegaskan:

 

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ 

Artinya:

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan (QS. An-Nahl/16: 53)


لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ 

Artinya:

Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada Tuhan-Tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah yang memiliki Arsy dari apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiya/21: 22)

  

ا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ 

Artinya:

Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada Tuhan (yang lain) bersama-Nya, (sekiranya Tuhan banyak) maka masing-masing Tuhan itu akan membawa apa (makhluk) yang diciptakannya dan sebagian dari Tuhan-Tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Mu’minun/23: 91)

  

فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِۚجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًاۖيَذْرَؤُكُمْ فِيهِۚلَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌۖوَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِي 

Artinya

(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Asy-Syuara/42: 11)

 

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ 

Artinya:

Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadid/57: 3)

 

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُواۚوَاتَّقُوا اللَّهَۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ 

Artinya:

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya (Al-Hasyr/59: 7)

 

 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد ﴿٤﴾

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia. (QS. Al-Ikhlas/112: 1-4)

 

Ayat-ayat di atas telah menjelaskan secara pasti keagungan Allah . Maka suatu hakikat yang tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya seluruh makhluk yang ada di langit dan dibumi semuanya milik Allah , dan tidak seorang pun atau sesuatu pun dari yang berakal maupun tidak berakal menyamai Allah , Dialah yang awal dan yang akhir dan tidaklah Dia beranak dan diperanakkan. Maka tidaklah heran setelah itu semua, Allah Sang Pencipta, Yang Maha Agung dan Maha Tinggi, hanya Dialah yang patut disembah dan ditaati secara mutlak.

Hanya Dia yang pantas untuk dicintai dengan segala makna cinta. Dialah yang mutlak kesempurnaanya, sumber segala keindahan, dan keindahan yang ada dalam kehidupan ini diambil dari-Nya. Dialah yang memberi berbagai rezeki dan kenikmatan, dan sumber dari segala kebaikan.

Inilah hakikat dari aqidah Islam, membuang ataupun menolak segala macam bentuk loyalitas selain loyalitas kepada Allah . Untuk memperjelas hakikat dari aqidah Islam, maka disebutkan dalam Al-Qur’an yang menjadi prinsip-prinsip aqidah itu setidaknya ada tiga hal, yaitu sebagai berikut:[1]

1.       Hendaknya kamu tidak mencari Rabb (Tuhan) kepada selain Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

 

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ ۚ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), "Apakah (patut) aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu. Setiap perbuatan dosa seseorang, dirinya sendiri yang bertanggung jawab. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosan orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan. (QS. Al-An’am/6: 164)

 

Makna prinsip yang pertama ini adalah menolak seluruh tuhan-tuhan palsu yang disembah oleh manusia, baik di zaman dahulu atau sekarang ini, baik di timur atau di barat, baik dari batu, pepohonan, perak dan emas, ataupun matahari dan bulan atau dari golongan jin dan manusia. Ini juga berarti menolak seluruh tuhan-tuhan selain Allah sekaligus mengumumkan revolusi untuk melawan orang-orang di bumi yang mengaku tuhan dan bersikap sombong tanpa dasar yang benar, yaitu mereka yang ingin memperbudak hamba-hambanya Allah ﷻ.

 

2.       Hendaknya kamu tidak mencari wali (penolong) kepada selain Allah . Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

 

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ 

Artinya:

Katakanlah (Muhammad), “Apakah aku akan menjadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?" Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik. (QS Al-An'âm/6: 14)

 

Makna prinsip yang kedua adalah tidak memberikan wala' atau loyalitasnya kepada selain Allah dan golongannya, karena bukanlah aqidah Islam itu suatu pengakuan bahwa Tuhannya adalah Allah , tetapi pada saat yang sama dia memberikan wala', kecintaan dan dukungannya kepada selain Allah , bahkan kepada musuh-musuh-Nya.

 

3.       Hendaknya kamu tidak mencari hakim selain daripada Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an: 

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا ۚ وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ  

Artinya:

Pantaskah aku mencari hakim selain Allah, padahal Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu secara rinci? Orang-orang yang telah kami beri kitab mengetahui benar bahwa (Al-Qur’an) itu diturunkan dari Tuhanmu dengan benar. Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. Al-An’am/6: 114)

Makna prinsip yang ketiga adalah menolak ketundukan kepada setiap hukum selain hukum Allah , setiap perintah selain perintah dari Allah , setiap sistem selain sistem yang ditetapkan Allah , setiap undang-undang selain syari'at Allah dan setiap aturan, tradisi, adat istiadat, manhaj, fikrah dan nilai yang tidak diizinkan oleh Allah . Maka barangsiapa yang menerima sedikit dari semua itu baik sebagai hakim atau yang dihukumi, tanpa izin dari Allah berarti dia telah mernbatalkan salah satu prinsip yang asasi dari prinsip-prinsip aqidah, karena ia telah mencari hakim selain Allah , padahal hukum dan tasyri' itu termasuk hak Allah saja.

Selain firman Allah dalam Al-Qur’an, dasar aqidah Islam yang kedua tidak lain adalah hadis-hadis Rasulullah . Adapun beberapa hadis yang mengandung makna aqidah Islam, antara lain:

 

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَمَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي نَفْسَهُ وَمَالَهُ، إِلَّا بِحَقِّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ

Artinya:

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan laa ilaaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah). Siapa saja yang telah mengucapkan laa ilaaha illallah, sungguh terjagalah nyawa dan harta mereka, kecuali karena hak (Islam). Sedangkan perhitungannya ada di sisi Allah Ta’ala. (HR. Bukhari)

 

إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ، فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Artinya:

Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, jika engkau mendatangi mereka, dakwakanlah kepada mereka untuk bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusannya. (HR. Bukhari)

Kedua hadis di atas menunjukkan bahwa, kewajiban pertama yang harus di tenggakkan setiap mukallaf adalah mengesahkan Allah , karena semua ibadah dan amalan apapun itu tergantung pada aqidahnya. Jika aqidahnya menyimpang, maka tentunya segala ibadah dan amalan-amalan yang ia kerjakan akan tertolak di sisi Allah , itulah pentingnya aqidah Islam.

Kemudian dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda:

 

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Artinya:

Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada qada ketentuan baik dan buruk. (HR.Muslim)

 

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ 

 Artinya:

Demi yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya. Tidaklah mendengar tentangku seorang dari umat ini, baik ia seorang yahudi maupun nasrani, lalu ia meninggal dunia (dalam keadaan) tidak beriman terhadap apa yang aku diutus dengannya (agama Islam). Kecuali ia (pasti) termasuk (menjadi) penghuni neraka. (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis di atas, bahwa ketika kabar tentang Islam telah sampai di telinga seseorang, kemudian orang tersebut tidak beriman kepada ajaran-ajaran Islam itu, ia tidak mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, perbuatan-perbuatan maksiat yang Allah benci justru gemar ia lakukan sampai akhirnya ia meninggal tidak dalam keadaan beriman kepada Islam, maka sungguh celakalah, tidak ada keselamatan baginya dan ia pasti akan dikembalikan ke seburuk-buruknya tempat kembali yaitu nerakanya Allah .



[1] Al-Maktabah asy-Syâmilah, h.7.

0 komentar:

Posting Komentar

Segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.