Pada Bagian Pertama telah dibahas tentang apa itu
Islam. Maka pada bagian ini akan dibahas tentang keimanan, karena dalam
pendidikan Islam faktor keimanan sangat penting ditanamkan kepada anak didik,
misalnya mengajarkan kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah swt. Maha Melihat,
Maha Mengawasi mahkluk-Nya di mana saja berada, tidak seorangpun terlepas dari
pengawasan Allah swt. dan Allah swt. Maha Penolong dan Mencukupi segala yang
dibutuhkan manusia dan sebagainya. Demikian juga, seseorang dididik meyakini segala
yang terjadi baik dan buruk adalah sudah dikehendaki Allah swt. Pendidikan
keimanan merupakan materi pendidikan vital terhadap anak didik dalam membentuk
moral yang baik, sehingga kehidupan anak mempunyai pedoman hidup yang
menenteramkan dan tidak mudah tergoyah oleh berbagai pengaruh yang ada
disekitarnya. Rasulullah saw. sangat memerhatikan pendidikan keimanan anak
didik, sejak lahir dari kandungan orangtua disunnahkan azan di telinga kanan
dan iqomah di telinga kiri sebagaimana yang beliau lakukan terhadap cucunya
Hasan Husain. Demikian juga beliau bersabda dalam salah satu Hadis yang
diriwayatkan oleh al-Hakim dari ibn abbas: “Bukalah pertama kalimat untuk
mendidik bayi-bayimu dengan (kalimat tauhid) tiada Tuhan selain Allah.”
Adapun
keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja,
ataupun hanya semacam keyakinan dalam hati belaka, tetapi keimanan yang
sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi
seluruh isi hati nurani dan dari situ akan muncul pulahlah bekas-bekas atau
kesan-kesannya. Salah satu daripada kesan-kesan keimanan itu ialah apabila
Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari segala sesuatu yang ada. Jikalau dalam
qolbunya itu dirasakan masih ada sesuatu yang lebih dicintai dari pada Allah
dan Rasul-Nya, maka dalam keadaan semacam ini dapat dikatakan bahwa keimananya
belum sempurna. Allah swt. berfirman dalam QS. at-Taubah/9: 24:
قُلْ
إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Terjemahan:
Katakanlah, “jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,
istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan perdagangan yang
kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,
lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Menilik
ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa jika kehidupan di dunia dengan segala
apa yang ada di dalamnya masih lebih dicintai dari pada Allah dan Rasul-Nya,
maka tunggulah keputusan-Nya berupa siksaan Allah yang akan menimpah dirinya
dan Allah tidak akan memberikan petunjuk. Jadi keimanan itu memang tidak
mungkin dapat sempurna melainkan dengan rasa cinta yang hakiki. Rasulullah Saw.
bersabda, “ada tiga perkara yang barangsiapa sudah memiliki ketiganya itu,
maka ia akan dapat merasakan kelezatan nikmatnya keimanan, yaitu: Apabila Allah
dan Rasulnya lebih dicintai dari pada yang selain keduanya itu. Apabila
seseorang itu mencintai orang lain dan tidaklah mencintainya itu melainkan
karena Allah juga (mengharapkan keridhaan Allah). Dan apabila seorang itu benci
untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana bencinya kalau dilemparkan kedalam
api neraka. (Mutafaq ‘alaih)
Adapun
Ali bin Abi Thalib memberikan definisi tentang hakikat iman, yaitu: ucapan
dengan lidah, ikatan dengan hati, dan amalan dengan badan/perbuatan. Iman
mengandung enam unsur yang biasa disebut dengan Arkanul Iman, yaitu:
1.
Iman kepada
Allah.
2.
Iman kepada malaikat-malaikat
Allah.
3.
Iman kepada
kitab-kitab Allah.
4.
Iman kepada
para Rasul Allah.
5.
Iman kepada
hari Akhir.
6.
Iman kepada
qadha dan qadar.
A.
Iman
kepada Allah
Pokok dari segala pokok akidah adalah beriman kepada Allah swt.
yang berpusat pada pengakuan terhadap eksitensi dan kemahaesaan-Nya. Pengakuan
terhadap kemahaesaan-Nya itu, memiliki makna bahwa Allah swt. tidak ada
persamaannya dalam seluruh zat yang kita kenal. Dia Maha Esa dalam
sifat-sifat-Nya, Dia Maha Esa dalam Wujud-Nya, Dia Maha Esa dalam menerima
ibadah, mendengar doa manusia dan permohonan manusia untuk menyampaikan maksud
dan kehendaknya. Dia Maha Esa dalam memberi hukum, artinya Dia-lah pemberi hukum
tertinggi, dan Dia tidak berserikat dengan sesuatu. Allah swt. berfirman dalam
QS. al-Ikhlas/112: 1-4:
قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3)
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Terjemahan:
Katakanlah
(Muhammad), Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu.
Dia (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu
yang setara dengan Dia.
Jadi bentuk keimanan kita kepada Allah adalah dengan meyakini Allah
swt sebagai tuhan yang Maha Esa, meyakini sifat-siftanya dan meyakini nama-nama
Allah yang baik dan agung. Adapun sifat-sifat Allah swt. dibagi menjadi tiga
yaitu: sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.
1.
Sifat
wajib Allah swt.
Maksud sifat wajib Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat
Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Sifat-sifat wajib Allah tidak dapat
diserupakan dengan sifat-sifat mahkluk-Nya. Sifat wajib Allah dapat dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
a.
Sifat nafsiyah,
adalah sifat yang berhubungan dengan diri Dzat Allah swt. adapun yang termasuk
pada kelompok sifat nafsiyah ini adalah wujud (ada), maksud dari sifat
wujud ini adalah bahwa Allah itu ada bukan karena ada yang menciptakan, tetapi
karena ada dengan sendirinya.
b.
Sifat salbiyah,
adalah sifat Allah yang menolak atau menafikan sifat-sifat yang tidak sesuai
atau tidak layak bagi Allah swt. siifat-sifat tersebut adalah:
1)
Qidam (dahulu),
maksudnya bahwa Allah terdahulu tanpa didahului oleh sesuatu.
2)
Baqa’ (kekal),
maksudnya Allah itu kekal tidak mengalami perubahan dan kehancuran.
3)
Mukhalafatu lil
hawaditsi (berbeda dengan semua mahkluk-Nya).
4)
Qiyamuhu
binafsihi (berdiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan dan dari siapapun)
5)
Wahdaniyah
(Maha Esa), maksudnya Allah itu tunggal tidak mungkin ada dua Tuhan.
c.
Sifat ma’ani,
adalah sifat yang memastikan bahwa yang disifati itu memiliki sifat tersebut.
Maksudnya, sifat-sifat wajib bagi Allah dapat digambarkan oleh akal pikiran
manusia serta dapat meyakinkan kepercayaan seseorang sebab dapat dibuktikan
kebenarannya oleh pancaindra manusia. Sifat-sifat tersebut adalah:
1)
Qudrat
(Mahakuasa).
2)
Iradat (Maha
Berkehendak).
3)
Ilmu (Maha
Mengetahui atas segala sesuatu).
4)
Hayat
(Mahahidup).
5)
Sama’ (Maha
Mendengar).
6)
Bashar (Maha
Melihat).
7)
Kalam
(berkata-kata atau berfirman).
d.
Sifat
ma’nawiyyah adalah sifat yang berhubugan dengan sifat ma’ani. Sifat-sifat
tersebut adalah:
1)
Qadiran
(Mahakuasa).
2)
Muridan (Maha
Berkehendak).
3)
Aliman (Maha
Mengetahui).
4)
Hayyan (Maha
Hidup).
5)
Sami’an (Maha
Mendengar).
6)
Bashiran (Maha
Melihat).
7)
Mutakkaliman
(Maha Berkat-kata).
2.
Sifat
Mustahil Allah swt.
Maksud sifat mustahil Allah adalah sifat yang tidak mungkin ada
pada Allah swt. Sifat-sifat mustahi tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Adam (tidak
ada).
b.
Huduts
(baharu/permulaan).
c.
Fana’ (rusak).
d.
Mumatsalatu lil
Hawadits (menyerupai mahluk).
e.
Ihtiyaju li
Ghairihi (Membutuhkan sesuatu).
f.
Ta’addud
(berbilang/lebih dari satu).
g.
Ajzun (lemah).
h.
Karahah
(terpaksa).
i.
Jahlun (bodoh).
j.
Maut (mati).
k.
Shamamun
(tuli).
l.
Umyun (buta).
m. Bukmun (bisu).
n.
‘Ajizan
(mahalemah).
o.
Mukrahan
(mahaterpaksa).
p.
Jahilan
(mahabodoh).
q.
Mayyitan
(mahamati).
r.
Ashamma
(mahatuli).
s.
A’ma
(mahabuta).
t.
Abkama
(mahabisu).
3.
Sifat
Jaiz Allah swt.
Maksud sifat jaiz Allah adalah sifat yang boleh ada dan boleh tidak
ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada.
Sifat jaiz Allah adalah Fi’lu Kulli Mumkinin au Tarkuhu, artinya
memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya
Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai
dengan kehendak-Nya. Kebebasan ada hikmah dan gunanya.
Selain meyakini sifat-sifat Allah swt. bentuk keimanan juga adalah
dengan meyakini nana-nama Allah yang baik atau kita kenal dangan Asmaul
Husna. Nama-nama Allah ini bukan hanya sekedar nama namun dapat dijadikan
jalan untuk bermakrifat kepada Allah swt. dengan cara memahami baik-baik nama
itu. Allah swt. befirman dalam QS. al-A’raf/7: 180:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ
سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Terjemahan:
Dan
Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah
kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyalah artikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan.
Nama-nama Allah (Asmaul Husna) tersebut menunjukkan akan
ketinggian, kesungguhan, dan kesempurnaan Dzat dan sifatnya. Adapun jumlah
nama-nama Allah yang baik (Asmaul Husna) itu berjumlah 99. Rasulullah
saw. bersabda, “Allah itu mempunyai sembilan puluh Sembilan nama.
Barangsiapa yang menghafalnya, ia masuk surga. Sesungguhnya Allah itu Maha
Ganjil dan cinta sekali pada yang ganjil.” (HR. Bukhari, Muslim dan
Tirmidzi).
Nama Allah swt. yang 99 tersebut adalah:
1)
Allah (lafazh
yang Mahamulia yang merupakan nama dair Dzat Illahi yang Mahasuci serta wajib
adanya, yang berhak memiliki semua macam pujian dan sanjungan).
2)
Ar-Rahman (Maha
Pengasih).
3)
Ar-Rahim (Maha
Penyayang).
4)
Al-Malik (Maha
Merajai).
5)
Al-Quddus
(Mahasuci).
6)
As-Salam (Maha
Menyelamatkan).
7)
Al-Mumin (Maha
Pemeliharan Keamanan).
8)
Al-Muhaimin
(Maha Penjaga).
9)
Al-‘Azis (Maha
Mulia).
10)
Al-Jabbar (Maha
Perkasa).
11)
Al-Mutakabbir
(Mahamegah).
12)
Al-Khaliq (Maha
Pencipta).
13)
Al-Bari’ (Maha
Pembuat).
14)
Al-Mushawwir
(Maha Pembentuk).
15)
Al-Ghaffar
(Maha Pengampun).
16)
Al-Qahhar (Maha
Pemaksa).
17)
Al-Wahhab (Maha
Pemberi).
18)
Ar-Razzaq (Maha
Pemberi Rezeki).
19)
Al-Fattah (Maha
Membukakan).
20)
Al-‘Alim (Maha
Mengetahui).
21)
Al-Qabidh (Maha
Mencabut).
22)
Al-Basith (Maha
Meluaskan).
23)
Al-Khafidh
(Maha Menjatuhkan).
24)
Ar-Rafi’ (Maha
Mengangkat).
25)
Al-Mu’izz (Maha
Pemberi Kemuliaan).
26)
Al-Mudzil (Maha
Pemberi Kehinaan).
27)
As-Samii’ (Maha
Mendengar).
28)
Al-Bashar (Maha
Melihat).
29)
Al-Hakam (Maha
Menetapkan Hukum).
30)
Al-‘Adl (Maha
Adil).
31)
Al-Lathif (Maha
Halus).
32)
Al-Khabir (Maha
Waspada).
33)
Al-Halim (Maha
Penyantun).
34)
Al-‘Azhim (Maha
Agung).
35)
Al-Ghafur (Maha
Pengampun).
36)
Asy-Syakur
(Maha Menghargai).
37)
Al-‘Aliyy (Maha
Tinggi).
38)
Al-Kabir (Maha
Besar).
39)
Al-Hafizh (Maha
Memelihara).
40)
Al-Muqit (Maha
Pemberi Kecukupan).
41)
Al-Hasib (Maha
Penghitung/Penjamin).
42)
Al-Jalil (Maha
Luhur).
43)
Al-Karim (Maha
Pemurah).
44)
Ar-Raqib (Maha
Peneliti).
45)
Al-Mujib (Maha
Mengabulkan).
46)
Al-Wasi’ (Maha
Luas).
47)
Al-Hakim (Maha
Bijaksana).
48)
Al-Wadud (Maha
Pencipta).
49)
Al-Majid (Maha
Mulia).
50)
Al-Ba’its (Maha
Membangkitkan).
51)
Asy-Shahid
(Maha Menyaksikan).
52)
Al-Haqq (Maha
Benar).
53)
Al-Wakil (Maha
Memelihara).
54)
Al-Qawiyy (Maha
Kuat).
55)
Al-Matin (Maha
Kokoh).
56)
Al-Waliyy (Maha
Melindungi).
57)
Hamid (Maha
Terpuji).
58)
Al-Muhshi (Maha
Penghitung).
59)
Al-Mubdi’ (Maha
memulai).
60)
Al-Mu’id (Maha
Mengulangi).
61)
Al-Muhyi (Maha
menghidupkan).
62)
Al-Mumit (Maha
Mematikan).
63)
Al-Hayy (Maha
Hidup).
64)
Al-Qayyum (Maha
Berdiri Sendiri).
65)
Al-Wajid (Maha
Menemukan/Kaya).
66)
Al-Majid (Maha
Mulia).
67)
Al-Wahid (Maha
Esa).
68)
Ash-Shamad
(Maha Dibutuhkan).
69)
Al-Qadir (Maha
Kuasa).
70)
Al-Muqtadir
(Maha Menentukan).
71)
Muqqadim (Maha
Mendahulukan).
72)
Al-Muakhkhir
(Maha Mengakhirkan).
73)
Al-Awwal (Maha
Awal).
74)
A-Akhir (Maha
Akhir).
75)
Azh-Zhahir
(Maha Nyata).
76)
Al-Batin (Maha
Tersembunyi).
77)
Al-Wali (Maha
Menguasai).
78)
Al-Muta’ali
(Maha Agung).
79)
Al-Barr (Maha
Dermawan).
80)
At-Tawwab (Maha
Menerima Tobat).
81)
Al-Muntaqim
(Maha Penyiksa).
82)
Al-‘afuww (Maha
Pemaaf).
83)
Ar-Ra’uf (Maha
Pengasih).
84)
Malikul Mulk
(Maha Menguasai Kerajaan).
85)
Dzul Jalali wal
Ikram (Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan).
86)
Al-Muqsith
(Maha Mengadili).
87)
Al Jami’ (Maha
Mengumpulkan).
88)
Al-Ghaniyy
(Maha Kaya).
89)
Al-Mughny (Maha
Pemberi Kekayaan).
90)
Al-Mani’ (Maha
Menolak/Membela).
91)
Adh-Dharr (Maha
Pemberi Bahaya).
92)
An-Nafi’ (Maha
Pemberi Manfaat).
93)
An-Nur (Maha
Bercahaya).
94)
Al-Hadi (Maha
Pemberi Petunjuk).
95)
Al-Badri (Maha
Pencipta yang Baru).
96)
Al-Baqlii (Maha
Kekal).
97)
Al-Warits (Maha
Mewarisi).
98)
Ars-Rasyid
(Maha Cendekiawan).
99)
Ash-Shabur
(Maha Penyabar).
Itulah 99 nama Allah yang baik dan agung, Ibnu Qayyum berkata
“Penamaan Allah menunjukkan bahwa Dia adalah sebagai Yang dituhankan dan
disembah, dituhankan oleh semua makhluk dengan penuh kecintaan, pengagungan,
tunduk dan belingdung kepada-Nya dalam semua kebutuhan dan musibah yang menimpah.
B.
Iman kepada Malaikat-malaikat Allah Swt.
Iman kepada
malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat walaupun kita tidak dapat
melihat mereka, dan meyakini bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan
Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka dulunya menampakkan
wujudnya kepada Nabi dan Rasul dalam bentuk manusia laki-laki. Mereka menyembah
Allah dan selalu taat kepada-Nya. Mereka tidak pernah berdosa. Tidak seorangpun
mengetahui jumlah malaikat. Hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.
Selengkapnya DI SINI
C.
Iman kepada Kitab-kitab Allah swt.
Al-kutub adalah bentuk jamak dari ‘kitab” yang berarti
sesuatu yang ditulis. Namun yang dimaksud di sini adalah wahyu Allah yang
disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai pedoman
hidupnya. Adapun shuhuf (lembaran-lembaran) adalah wahyu Allah yang disampaikan
kepada para rasul, tetapi tidak wajib disampaikan atau diajarkan kepada
manusia.
Iman kepada kita suci artinya mempercayai dan meyakini dengan
sepenuh keyakinan bahwa kitab-kitab yang diturunkan Allah swt. kepada para
rasul-Nya yang berisikan ketentuan yang menetapkan akidah, syari’ah dan ibadah,
maupun yang menetapkan hukum peraturan yang kesemuanya itu harus dijadikan
pedoman hidup oleh seluruh manusia dalam melaksanakan tugas kehidupannya di
dunia ini. Allah swt. berfirman dalam QS. an-Nisa’/4: 136:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي
نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ
يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Terjemahan:
Wahai
orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya
(Muhammad) dan kepada kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepda Rasul-Nya, serta
kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.
Adapun jumlah kitab yang Allah swt. turunkan tidak ada yang
mengetahui berapa banyak jumlah yang sebenarnya. Namun yang tercatat dan wajib
diketahui umat Islam ada empat, yaitu:
1.
Kitab
Taurat
Kitab taurat diturunkan kepada nabi musa a.s. sekitar abad ke-12 SM
di daerah Israel dan Mesir dalam bahasa Ibrani. Allah berfirman dalam QS.
al-Maidah/5: 44:
إِنَّا
أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ
الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ
بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا
تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Terjemahan:
Sungguh,
kami yang menurunkan kitab taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang
dengan dengan kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi
putusan atas perkara orang Yahudi, demikan juga para ulama dan pendeta-pendeta
mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga
murah. Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itulah orang-orang kafir.
2.
Kitab
Zabur
Kitab zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. seorang raja bangsa
Israil di Kan’an, sekitar abad ke-10 SM. Kitab Zabur berisi mazmur (nyanyian
pujian kepada Tuhan) yang melukiskan tentang nikmat Allah yang telah
dilimpahkan kepada Nabi Daud dan tentang syariat dan hukum. Allah swt.
berfirman dalam QS. al-Isra’/17: 55:
وَرَبُّكَ
أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ
النَّبِيِّينَ عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
Terjemahan:
Dan
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami
telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain),
dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
3.
Kitab
Injil
Kitab injil diturunkan Allah swt. kepada Nabi Isa a.s. pada
permulaan abad pertama di Yerussalem. Kata injil berasal dari bahasa ibrani
yang berarti kabar gembira. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Maidah/5: 46:
وَقَفَّيْنَا
عَلَىٰ آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ
التَّوْرَاةِ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا
بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
Terjemahan:
Dan
Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam, membenarkan kitab
yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya
terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kita yang sebelumnya yaitu
Taurat, dan sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
Pada hakikatnya ketiga kitab yang Allah swt. turunkan kepada
rasulnya mengajarkan tentang Tauhid kepada Allah swt. namun kitab-kitab yang
sekarang beredar tidak murni lagi dan banyak mengalami perubahan yang dilakukan
oleh para penganutnya. Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah/2:
75:
۞ أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ
وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ
مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Terjemahan:
Maka apakah kamu (muslimin) sangat
mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, sedangkan golongan dari mereka
mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal
mereka mengetahuinya?
4.
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang Allah swt. turunkan
kepada Nabi Muhammad saw. sebagai rasul terakhir. Al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur selama 23 tahun, yang terbagi dalam
dua periode, yaitu Periode Mekah, yakni ayat-ayat, dan surah-surah yang
diturunkan di Mekah sebelum Nabi hijrah yang lazimnya berisi akidah, dan
dinamakan sebagai surah Makiyyah, dan periode Madinah, yakni ayat-ayat dan
surah-surah yang diturunkan di Madinah setelah Nabi hijrah dari Mekah yang
lazimnya berisi syariat sehubungan sosial (mu’amalah) dan pembinaan masyarakat
Islam, yang kemudian di kenal sebagai surah madaniyyah.
Adapun turunnya al-Qur’an adalah sebagai petunjuk dan pedoman hidup
bagi setiap manusia di Muka bumi. Al-Qur’an juga turun untuk menyempurnakan
ajaran-ajaran ketuhanan yang pernah dimuat dalam kitab-kitab suci sebelumnya.
Allah swt. berfirman dalam QS. al-Maidah/5: 48:
وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا
مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Terjemahan:
Dan
Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa
kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan
menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah
dan jaganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebaijikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.
Jadi berdasarkan ayat di atas al-Qur’an turun untuk mengkokohkan
haq dan kebenaran yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu. Selain itu
al-Qur’an juga turun untuk menunjukkan, menjelaskan dan menyingkap semua
kesalahan dan kekeliruan yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu, yang
tentunya kekeliruan tersebut timbul akibat tangan-tangan kotor manusia yang
melakukan perubahan, pergantian, penukaran, serta meletakkan mana-mana yang
bukan semestinya. Al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna yang isi dan
kandungannya selalu bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi manusia.
Bahkan semakin modern zaman ini, isi dan kandungan al-Qur’an justru semakin
terbukti kebenarannya. Dan tidak seperti kitab-kitab terdahulu yang dengan
mudahnya diubah oleh manusia, al-Qur’an memiliki isi dan kandungan yang tidak
satupun makhluk mampu membuat sesuatu seperti al-Qur’an. sebagaimana Allah swt
berfirman dalam QS. al-isra’/17: 88:
قُلْ
لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا
الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Terjemahan:
Katakanlah,
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan)
Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun
mereka saling membantu satu sama lain.”
Begitupun dalam QS. Hud/11: 13-14. QS. al-Baqarah/2: 23-24. QS.
Yunus/10: 37-38. Dan pada QS. an-Nisa/4: 82. Jadi ayat-ayat tersebut memberikan
tantangan kepada manusia yang meragukan al-Qur’an untuk membuat satu surah saja
yang sama seperti al-Qur’an, dan hingga saat ini tak ada satupun manusia
ataupun makhluk yang dapat membuat hal yang serupa seperti al-Qur’an. Banyak
sekali yang pernah mencoba dan salah satunya yang terkenal adalah Muzailamah
al-Kazzab seorang nabi palsu, namun ia tidak mampu membuat ayat yang sesempurna
seperti al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Hijr/15: 9:
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Terjemahan:
Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.
Berdasarkan ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an
merupakan kitab yang sempurna baik dari segi isi dan kandungannya, al-Qur’an
tidak akan pernah mengalami perubahan bahkan setitikpun tidak akan ada yang
berubah dari al-Qur’an hingga akhir zaman karena Allah swt. sendirilah yang
menjaga kesempurnaan al-Qur’an tersebut.
Maka Sebagai seorang muslim tidaklah sempurna iman kita manakalah
kita tidak mempercayai kebenaran al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman
hidup. Adapun dikatakan beriman kepada al-Qur’an manakalah dalam kehidupannya
menerapkan tigal hal, yaitu: membaca, memahami, dan mengamalkan. (selengkapnya
DI SINI)
D.
Iman
kepada para Rasul Allah swt.
Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syariat dan
diperintahkan untuk menyampaikannya. Bedanya dengan nabi adalah nabi
mendapatkan wahyu namun tidak berkewajiban untuk menyampaikannya, namun
sebagian ulama mengatakan pengertian ini memiliki kelemahan, karena tidaklah
wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika nabi tidak
menyampaikan, beliau telah menyembunyikan wahyu Allah. Ulama lain menyatakan bahwa
ketika nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu, hal itu bukan berarti
nabi tidak boleh menyampaikan wahyu. Wallahu’alam. Perbedaan yang lebih
jelas antara nabi dan rasul adalah seorang rasul mendapatkan syariat baru,
sedangkan nabi di utus mempertahankan syariat yang sebelumnya.
Adapun mengenai jumlah nabi dan rasul ada ulama yang mengatakan
bahwa Allah swt. telah menurunkan nabi sebanyak 124.000 dan rasul seabanyak 313
orang, dan jumlah inipun belum dipastikan dan boleh jadi jumlahnya lebih banyak
lagi. Hanya Allah swt, yang mengetahuinya. Namun dari sekian banyak jumlah nabi
dan rasul tersebut, hanya 25 orang yang disebutkan dalam al-Qur’an dan inilah
yang wajib kita ketahui, para nabi dan rasul tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Nabi Adam a.s.
2.
Nabi Idris a.s.
3.
Nabi Nuh a.s.
4.
Nabi Hud a.s.
5.
Nabi Sholeh
a.s.
6.
Nabi Ibrahim
a.s.
7.
Nabi Luth a.s.
8.
Nabi Ismail
a.s.
9.
Nabi Ishak a.s.
10.
Nabi Yaqub a.s.
11.
Nabi Yusuf a.s.
12.
Nabi Ayyub a.s.
13.
Nabi Suaib a.s.
14.
Nabi Musa a.s.
15.
Nabi Harun a.s.
16.
Nabi Zulkifli
a.s.
17.
Nabi Daud a.s.
18.
Nabi Sulaiman
a.s.
19.
Nabi Ilyas a.s.
20.
Nabi Ilyasa
a.s.
21.
Nabi Yunus a.s.
22.
Nabi Zakaria
a.s.
23.
Nabi Yahya a.s.
24.
Nabi Isa a.s.
25.
Nabi Muhammad
saw.
Di
antara kedua puluh lima rasul tersebut, ada yang disebut Ulul Azmi yang
artinya rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati yang tak pernha goyah dan
mempunyai ketabahan yang luar biasa, kesabaran yang tak ada batasnya. Rasul
yang mendapat julukan Ulul Azmi adalah:
1.
Nabi Nuh a.s.
2.
Nabi Ibrahim
a.s.
3.
Nabi Musa a.s.
4.
Nabi Isa a.s.
5.
Nabi Muhammad
saw.
Allah
swt. mewajibkan setiap orang beriman kepada semua rasul yang di utus-Nya.
Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar berasal dari Allah swt. dan
senantiasa mengamalkan syariat yang disampaikannya. Sebagaimana kita ketahui
sebelumnya bahwa jumlah nabi dan rasul itu sangatlah banyak ada yang dikisahkan
dalam al-qur’an dan ada yang tidak dikisahkan, dan sebagai seorang muslim kita
wajib mengimani semua nabi dan rasul baik itu dikisahkan ataupun tidak tanpa
membeda-bedakan dengan mengatakan “aku bukanlah umat dari nabi dan rasul
tersebut.” Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. Ghafir/40: 78:
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ
مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ
إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ
وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ
Terjemahan:
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau
(Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya
ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa
suatu mukjizat kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah,
(untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah
orang-orang yang berpegang kepada yang batil.
Di
ayat yang lain Allah swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah/2: 136:
قُولُوا
آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ
وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ
أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Terjemahan:
Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah, dan kepada yang diturunkan
kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq,
Ya’qub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa
serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak
mebeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami berserah diri kepada-Nya,”
Adapun
fungsi di utusnya rasul-rasul Allah di muka bumi ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengajak
manusia beribadah kepada Allah swt.
2.
Menyampaikan
perintah dan larangan Allah swt.
3.
Memberikan
petunjuk pada jalan yang benar kepada manusia.
4.
Menjadi
panutaan bagi setiap manusia.
5.
Memberi
peringatan tentang hari kebangkitan.
6.
Mengalihkan
perhatian manusia dari kehidupan yang fana ke kehidupan yang kekal.
Untuk keberhasilan tugas yang Allah percayakan kepada mereka, paras
rasul didukung oleh sifat-sifat istimewa, yaitu sebagai berikut:
1.
Siddiq, artinya
jujur, benar dalam segala ucapannya, mustahi bersifat kidzib (dusta).
2.
Amanah, artinya
terpercaya, mustahi bersifat khianat (curang).
3.
Tabligh, yakni
menyampaikan apa-apa yang datang dari Allah swt. mustahil kitman tidak
menyampaikan atau menyembunyikan.
4.
Fathonah, yakni
cerdas/pandai, mustahil baladah artinya bodoh.
E.
Iman
kepada Hari Akhir
Baik di al-Qur’an maupun dalam hadits telah dikemukakan dengan
jelas dan tegas, bahwa kelas semua jin dan manusia, sejak zaman Nabi Adam a.s.
hingga manusia yang paling akhir, seluruhnya akan diajukan ke sidang mahkamah
Allah di padang Mahsyar (di hari Kiamat) nanti. Sedangkan sebelum
berlangsungnya sidah Mahkamah Allah di pandang Mahsyar itu, seluruh manusia
akan menghadapi peristiwa-peristiwa dahsyat yang mengerikan dan menakutkan,
yaitu akan datang dan terjdinya Hari Kiamat secara mendadak dan tiba.
Dimana sebelumnya akan ditandai dengan bermacam-macam peristiwa dan kejadian
yang aneh-aneh, yang belum pernah kita alami sebelumnya. Adapun seluruh manusia
yang sudah mati sebelum datangnya hari kiamat, maka dalam masa bertahun-tahun
dan berabad-abad lamanya mereka dalam tahanan di alam kubur (barzakh) sampai
datangnya hari kiamat.
Adapun dalam alam kubur (barzakh) mereka yang beriman akan
mendapatkan nikmat kubur hingga hari kiamat, sebaliknya yang kafir akan
mendapatkan siksaan. Dalam riwayat Dailamu dari Anas disebutkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Mungkar dan Nakir masuk menemui mayit dalam
kuburannya lalu mendudukannya. Jika ia orang mu’min keduanya berkata kepadanya:
siapa Tuhanmu? Ia menjawab Allah. Siapa Nabimu? Ia menjawab Muhammad. Siapa
Imammu? Ia menjawab al-Qur’an. lalu keduanya melapangkan kuburnya. Jika ia
orang kafir, keduanya bertanya: siapa Tuhanmu? Ia akan menjawab tidak tahu.
Siapa Nabimu? Ia menjawab tidak tahu. Siapa imammu? Ia menjawab tidak tahu.
Lalu kedunya memukulnya dengan kedua tiang, satu pukulan sehingga berkobarlah
api menyala dalam kuburnya dan disempitkan kuburnya hingga ia terhimpit
berpatahan tulang belulangnya.”
Kemudian dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda, (“Sesungguhnya
Alam kubur itu adalah tahap pertama untuk alam akhirat. Bilamana seorang telah
selamat dalam tahap pertama itu, untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih
ringan. Tetapi kalau tidak selamat dalam tahan pertama (alam kubur itu), maka
untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih dahsyat.” (HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah, dan Al-Hakim). Jadi ringkasnya bahwa tahanan di alam kubur itu
merupakan barometer untuk menentukan selamat atau celakanya dalam persidangan
Mahkamah di Padang Mahsyar.
Setelah melalui alam barzakh maka akan tejadilah peristiwa hari
kiamat, yaitu dibinasakannya dan dihancurkan alam semesta yang merupakan tanda
berakhirnya kehidupan dunia menuju kehidupan kekal di akhirat. Allah sw.
berfirman dalm QS. al-Hajj/22: 7:
وَأَنَّ
السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي
الْقُبُورِ
Terjemahan:
Dan
sungguh, (hari) kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan
sungguh, Allah akan membangkitkan siapapun di dalam kubur.
Namun pertanyaan kapan datangnya kiamat itu, siapapun tidak ada
yang tahu melainkan Allah swt. sebagaimana firmannya dalam QS. al-A’raf/7: 187:
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ
لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ
عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يَعْلَمُونَ
Terjemahan:
Mereka
menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat, “kapan terjadi?” katakanlah,
“Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada
(seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu
sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan
datang kepadamu, kecuali secara tiba-tiba. ”Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad) “sesungguhnya
pengetahuan tentang (hari kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”
Tetapi walaupun
peristiwa kiamat dirahasiakan oleh Allah swt. namun tanda-tanda terbesar
sebelum terjadinya kiamat telah dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam
haditsnya, beliau bersabda “Kiamat tidak akan terjadi sebelum terlihat
sepuluh macam tanda (1) ad-Dukhan (asap atau kabut), (2) Dajjal (sipenipu
besar), (3) Dabbah (binatang melata), (4) Matahari terbit dari barat,
(5) Turunnya Isa anak Maryam. (6) Ya’juj dan Ma’juj, (7) Gerhana di timur, (8)
Gerhana di Barat, (9) Gerhana di Jazirah Arab, (10) Api menyala di Yaman
menghalau umat manusia ke mahsyar/tempat berkumpul.” (HR. Muslim). Adapaun
dalam hadist tersebut salah satu cobaan yang sangat berat yang akan dihadapi
umat Islam nantinya sebelum terjadinya kiamat adalah munculnya “Dajjal”
Rasulullah saw, bersabda, “tidak ada satupun makhluk sejak Adam diciptakan
hingga terjadinya kiamat yang fitnanya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal”
(HR. Muslim).
Dajjal datang dengan meniru
sosok Nabi dan mengklain dirinya adalah Nabi dan setelah itu dia mengaku Tuhan, Dajjal datang dari
Timur. Dia menguji manusia dengan sesuatu yang diberikan kepadanya berupa
kemampuan-kemampuan yang luar biasa, yaitu dengan menghidupkan mayit yang
sebelumnya ia matikan, menurunkan hujan, menghidupkan bumi dengan tumbuhan dan
menjadikan api dan dua macam sungai, dan hal-hal lain yang diluar kebiasaan. Dajjal itu juga membawa surga dan neraka. Nerakanya itu
sebenarnya surga dan surganya itu neraka. Adapun
ciri-ciri dajjal adalah sebagai berikut:
1.
Seorang
laki-laki.
2.
Masih muda.
3.
Berkulit Merah.
4.
Pendek.
5.
Jarak antara
kedu betisnya berjauhan (leter o)
6.
Berambut
keriting, kusut masai.
7.
Keningnya
lebar.
8.
Dadanya bidang.
9.
Mata yang
kanannya buta.
10.
Mata tersebut
tidak muncul tidak pula tertancap dalam seakan-akan buah anggur yang menonjol.
11.
Di atas matanya
yang kiri ada daging keras yang tumbuh.
12.
Diantara kedua
matanya tertulis huruf ك ف ر setiap muslim dapat membacanya,
baik dia orang buta maupun tidak. Dan diantaranya sifatnya bahwa dia orang yang
mandul, tidak memiliki anak.
Adapun sebelum
dajjal muncul akan ada tanda-tanda besar yang terjadi, yaitu:
1.
Munculnya al-Mahdi al-Muntazhar yang akan memimpin umat
Islam.
2.
Keringnya danau Thabriyyah.
3.
Kurma Baisan tidak berbuah.
4.
Resesi ekonomi dunia.
5.
Al-Quds dan al-aqsha direbut kembali dari tangan yahudi.
Setelah sekian
lama dajjal menyebarkan fitnanya maka turunlah Nabi Isa untuk membunuh dajjal
dan akhirnya dajja berhasil dibunuh oleh Nabi Isa di Baab Lud di Timur. Setelah
matinya dajjal, manusia kemudian hidup dengan damai selama 7 tahun. Tidak ada
permusuhan di antara mereka. Sampai akhirnya Allah mengutus angis yang sejuk
dari arah Syam. Maka setiap orang yang di dalam hatinya memiliki kebaikan dan
iman walaupun seberat biji sawi, akan dicabut nyawanya. Maka tinggallah
orang-orang jahat di muka bumi. Mereka hidup seperti burung (berlomba dalam
kejahatan) dan berjiwa seperti binatang buas yang saling bermusuhan dan
menzholimi. Merke tidak mengenal kebaikan dan tidak menolak setan di
tengah-tengah mereka. Kemudian ditiuplah sangkakala tanda hari kiamat telah
datang. Tidak seorangpun mendengarnya melainkan mengalihkan perhatian dan
mengangkat kepala.
Orang yang pertama mendengarnya adalah orang yang sedang
memperbaiki telaga ontanya. Maka orang itu kemudian mati. Selanjutnya mati pula
seluruh manusia. Kemudian Allah menurunkan hujan gerimis. Maka tumbuhlah
jasad-jasad manusia karenanya (kembali ke asal penciptaannya). Kemudian
ditiuplah sangkakala untuk kedua kalinya. Saat itu bangkitlah manusia untuk
menunggu (keputusan Allah). Kemudian dikatakan “wahai sekalian manusia marilah
menghadap Rabb kalian. Tegaklah mereka karena mereka akan ditanya oleh Allah
swt.” Kemudian dikatakan “keluarlah bagian untuk menjadi penghuni neraka.”
Terdengar jawaban “berapa” Dari setiap sseribu orang Sembilan ratus Sembilan
puluh Sembilan untuk jadi bagiam penghuni neraka.”
Maka itulah hari kiamat yang membuat anak kecil segera berubah
(putih rambutnya), dan pada hari itu terbukalah segala kedahsyatan. Dan setelah
diadili di Padang Mahsyar oleh Allah, mereka yang berat timbangan amal
sholehnya dimasukkanlah ke surga Allah Swt. dan mereka yang berat timbangan
amal buruknya maka dilemparkanlah mereka masuk kedalam Neraka.
F.
Iman
kepada Qadha dan Qadar
Qadha
menurut bahasa yakni ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan.
Sedangkan menurut istilah, adalah ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai
dengan iradah (kehendak)-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan
makhluk. Adapun qadar menurut bahasa adalah kepastian, peraturan, dan ukuran.
Sedangkan menurut istilah adalah perwujudan ketetapan (qadha) Allah terhadap
semua makhluk dalam kadar dan bentuk yang sesuai dengan iradah-Nya.
Beriman
kepada qadha dan qadar atau sering disebut dengan takdir maksudnya adalah bahwa
setiap manusia wajib mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh
bahwasanya segala sesuatu atau perkara yang dilakukan oleh manusia sejak zaman
azali ditulis di dalam Lauhul Mahfudz. Jadi semua yang terjadi di dunia
ini telah diketahui oleh Allah swt. jauh sebelum hal itu tejadi. Allah swt.
berfirman dalam QS. al-Hadid/57: 22:
مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ
مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Terjemahan:
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu
sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami
mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
Tetapi
beriman kepada takdir bukan berarti hal itu kemudian membuat kita pasrah
terhadap segala sesuatu yang terjadi pada diri kira tanpa berusaha mengubahnya.
Misalnya kita hidup msikin kemudian kita tidak mau berusaha untuk mencari
rezeki Allah, kita bodoh kemudian kita tidak mau berusaha untuk belajar, kita
sakit tidak mau berusaha berobat kedokter, dan lain sebagainya. Karena kita
beranggapan semua itu sudah ditakdirkan Allah swt. Maka ini merupakan perbuatan
yang salah dalam menyikapi iman kepada takdir. Allah swt. berfirman dalam QS.
ar-Rad/13: 11:
إِنَّ
اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ
وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ
دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Terjemahan:
….Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak
ada pelindung bagi merek selain Allah.
Berdasarkan
ayat di atas manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar (berusaha) dalam mengubah
keadaannya. Adapun setelah berusaha semaksimal mungkin maka kita diperintah
agar senantiasa Tawakkal (berserah diri) kepada Allah swt. dan senantiasa
memperbanyak doa agar Allah melancarkan kehidupan kita dan memberikan kita
kehidupan yang terbaik. Jadi bisa disimpulkan iman kepada takdir mencakup tiga
unsur yaitu, Ikhtiar, Tawakkal, dan doa.
Adapun
Setelah kita menghadirkan rukun iman dalam diri kita maka kita diperintahkan
untuk bersikap Ihsan. Yang dimaksud ihsan adalah sebagaimana sabda Rasulullah
saw. bahwa “Ihsan ialah menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka
jika engkau tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu.” (HR.
Mutafaq ‘alaih).
Berdasarkan
penjelasan diatas dan penjelasan pada Bagian Pertama maka dapat disimpulkan
yang menjadi pokok-pokok ajaran Islam adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Syaikh bin Hasan Alu Syaikh. Fathul Majid. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Arifin, Bey.
Hidup Sesudah Mati. Jakarta: PT. Kinta.
Ahnan, Maftuh.
Dan Anwar Nuris. Husnul Khotimah. Surabaya: Terbit Terang, 2000.
Anwar, Rosihon.
Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Baqi, Muhammad Fu’ad Abdu. Shahih Bukhari dan Muslim.
Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Kementrian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Al-Hadi, 2015.
Sabiq, Sayid.
Aqidah Islam. Bandung: Cv. Diponegoro.
Umar, M.Ali
Chasan. Mahkamah di Padang Mahsyar. Semarang: Toha Putra.