FILOSOFI PEREMPUAN DICIPTAKAN DARI TULANG RUSUK


Perempuan adalah salah satu mahkluk ciptaan Allah swt. yang begitu Indah, kehadiran perempuan akan menjadikan hidup lebih berwarna. Sebagaimana kita ketahui ketika Allah swt. menciptakan Nabi Adam a.s. dan ditempatkannya beliau di surga dengan segala fasilitas yang ada, apapun yang Nabi Adam minta akan dikabulkan oleh Allah swt. Tetapi Surga dengan segala fasilitas yang Allah berikan tidak cukup membahagiakan Nabi Adam, sekian lama beliau tinggal di surga iapun merasa kesepian. Maka Nabi Adam pun memohon kepada Allah agar diberikan teman hidup, maka diciptakanlah sosok yang cantik jelita bernawa Siti Hawa yang mewarnai kehidupan Nabi Adam a.s. di surga.
Adapun Siti Hawa (perempuan) diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk Nabi Adam (laki-laki). Penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki tentunya memiliki makna dan Filosofi, yaitu:
1.    Tulang rusuk dekat dari tangan
Perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang dekat dari tangan, artinya perempuan diciptakan hakikatnya untuk dirangkul, dilindungi, bukan sebaliknya berbuat yang tidak baik, mengasari perempuan dengan tangan kita. Rasulullah saw. bersabda, “berbuat baiklah kepada perempuan, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang palling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah para perempuan dengan baik.” (HR. Bukhari).
Jadi kalau kita punya Istri janganlah kita pukuli, janganlah kita kasari, karena Islam tidak pernah mengajarkan kepada kita untuk berbuat kasar kepada perempuan. Allah swt. berfirman dalam QS. an-Nisa’/4: 19:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا                                                                                    
Terjemahan:
Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan yang paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karen boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padaha Allah menjadikan kebaikan yang banyak baginya.

Jadi menilik ayat tersebut kita diperintahkan untuk bergaul menghadapi perempuan dengan cara yang baik. Kalaupun dia berbuat kasar, berbuat sesuatu yang tidak kita sukai maka bersabarlah kata Allah, bukan malah menghadapinya dengan kekasaran. Nah inilah makna perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang dekat dari tangan.

2.    Tulang rusuk dekat dari bahu
Perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang dekat dari bahu, artinya perempuan dikalah ia sedih, punya masalah, gundah dan galau, maka dia tentunya butuh tempat besandar guna menceritakan semua masalahnya. Dan tempat bersandar yang paling indah, yang paling nyaman untuk menceritakan semua masalahnya adalah di bahu suaminya. Perempuan itu adalah sosok yang istimewa, mereka tegar dan kuat. Namun di sisi lain, mereka bisa berubah menjadi sangat rentan serta rapuh. Hal ini disebabkan karena perempuan cenderung menggunakan perasaan dibandingkan logika. Maka sebagai laki-laki dan seorang suami berusahalah mengerti perasaan perempuan dan belajarlah untuk peka.
Disaat perempuan sedih, gundah dan galau, bukan hanya sekedar nasehat, motivasi atau ceramah yang dibutuhkan seorang istri. Pekalah pinjamkanlah bahumu kepada istrimu untuk bersandar lalu berikanlah segala perhatianmu, kemesraanmu dan cobala berkata “wahai istriku ceritahkanlah semua masalahmu aku siap mendengarnya.” Jadi tunjukanlah perhatianmu dan kemesraanmu, bukankah dalam ajaran Islam kita disunnahkan untuk berlaku baik dan mesrah kepada istri, dan kemesraan antara suami dan istri tentunya bernilai ibadah di sisi Allah swt. Rasulullah saw. bersabda, “sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. at-Timidzi).

3.    Tulang rusuk dekat dari hati
Perempuann diciptakan dari tulang rusuk yang dekat dari hati, artinya perempuan diciptakan tentunya untuk dicintai bukan disakiti. Maka cintailah perempuan dengan sebaik-baiknya cinta, dan cinta yang sebaik-baiknya itu adalah cinta karena Allah swt. Dan kalau kita cinta seseorang karena Allah swt. maka jalan yang harus ditempuh adalah dengan pernikahan, bukan dengan cara pacaran. Karena pacaran, memberikan kata-kata manis, mengenggam tangan, ataupun melalukan kemesraan di luar pernikahan itu sama halnya saja kita tidak mencitai karena Allah, karena cinta itu adalah bagaimana agar kita berusaha menjaga kehormatan perempuan yang kita cintai, bukan malah merusaknya. Dan perbuatan seperti pacaran sama halnya kita telah merusak kehormatan seorang perempuan. Rasulullah saw. bersabda, “tidak akan menghormati perempuan kecuali orang yang terhormat, dan tidak akan merendahkan derajat seorang perempuan kecuali memang orang-orang yang rendah moralnya.”  Maka jadilah laki-laki hebat dan terhormat jangan jadi laki-laki hina. Jikalau cinta nyatakanlah cintamu dalam bentuk pernikahan. Allah swt. berfirman dalam QS. an-Nur/24: 32:
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ                                                
Terjemahan:
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.

Nah itulah filosofi perempuan diciptakan dari tulang rusuk, Sebagai kesimpulan perempuan diciptakan dari tulang rusuk dekat dari tangan untuk dilingdungi, dekat dari bahu untuk dikasihi, diberikan tempat besandar, dekat dari hati untuk dicintai. Tidak diciptakan dari tulang kepala/tengkorak karena perempuan tidak butuh untuk dibangga-banggakan, tidak pula dari tulang kaki karena perempuan bukan untuk diinjak-injak tetapi perempuan butuh dicintai.

POKOK-POKOK AJARAN ISLAM BAGIAN 2


Pada Bagian Pertama telah dibahas tentang apa itu Islam. Maka pada bagian ini akan dibahas tentang keimanan, karena dalam pendidikan Islam faktor keimanan sangat penting ditanamkan kepada anak didik, misalnya mengajarkan kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah swt. Maha Melihat, Maha Mengawasi mahkluk-Nya di mana saja berada, tidak seorangpun terlepas dari pengawasan Allah swt. dan Allah swt. Maha Penolong dan Mencukupi segala yang dibutuhkan manusia dan sebagainya. Demikian juga, seseorang dididik meyakini segala yang terjadi baik dan buruk adalah sudah dikehendaki Allah swt. Pendidikan keimanan merupakan materi pendidikan vital terhadap anak didik dalam membentuk moral yang baik, sehingga kehidupan anak mempunyai pedoman hidup yang menenteramkan dan tidak mudah tergoyah oleh berbagai pengaruh yang ada disekitarnya. Rasulullah saw. sangat memerhatikan pendidikan keimanan anak didik, sejak lahir dari kandungan orangtua disunnahkan azan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri sebagaimana yang beliau lakukan terhadap cucunya Hasan Husain. Demikian juga beliau bersabda dalam salah satu Hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari ibn abbas: “Bukalah pertama kalimat untuk mendidik bayi-bayimu dengan (kalimat tauhid) tiada Tuhan selain Allah.”
Adapun keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja, ataupun hanya semacam keyakinan dalam hati belaka, tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani dan dari situ akan muncul pulahlah bekas-bekas atau kesan-kesannya. Salah satu daripada kesan-kesan keimanan itu ialah apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari segala sesuatu yang ada. Jikalau dalam qolbunya itu dirasakan masih ada sesuatu yang lebih dicintai dari pada Allah dan Rasul-Nya, maka dalam keadaan semacam ini dapat dikatakan bahwa keimananya belum sempurna. Allah swt. berfirman dalam QS. at-Taubah/9: 24:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ                                                                                        
Terjemahan:
Katakanlah, “jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Menilik ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa jika kehidupan di dunia dengan segala apa yang ada di dalamnya masih lebih dicintai dari pada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya berupa siksaan Allah yang akan menimpah dirinya dan Allah tidak akan memberikan petunjuk. Jadi keimanan itu memang tidak mungkin dapat sempurna melainkan dengan rasa cinta yang hakiki. Rasulullah Saw. bersabda, “ada tiga perkara yang barangsiapa sudah memiliki ketiganya itu, maka ia akan dapat merasakan kelezatan nikmatnya keimanan, yaitu: Apabila Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari pada yang selain keduanya itu. Apabila seseorang itu mencintai orang lain dan tidaklah mencintainya itu melainkan karena Allah juga (mengharapkan keridhaan Allah). Dan apabila seorang itu benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana bencinya kalau dilemparkan kedalam api neraka. (Mutafaq ‘alaih)
Adapun Ali bin Abi Thalib memberikan definisi tentang hakikat iman, yaitu: ucapan dengan lidah, ikatan dengan hati, dan amalan dengan badan/perbuatan. Iman mengandung enam unsur yang biasa disebut dengan Arkanul Iman, yaitu:
1.         Iman kepada Allah.
2.         Iman kepada malaikat-malaikat Allah.
3.         Iman kepada kitab-kitab Allah.
4.         Iman kepada para Rasul Allah.
5.         Iman kepada hari Akhir.
6.         Iman kepada qadha dan qadar.

A.      Iman kepada Allah
Pokok dari segala pokok akidah adalah beriman kepada Allah swt. yang berpusat pada pengakuan terhadap eksitensi dan kemahaesaan-Nya. Pengakuan terhadap kemahaesaan-Nya itu, memiliki makna bahwa Allah swt. tidak ada persamaannya dalam seluruh zat yang kita kenal. Dia Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya, Dia Maha Esa dalam Wujud-Nya, Dia Maha Esa dalam menerima ibadah, mendengar doa manusia dan permohonan manusia untuk menyampaikan maksud dan kehendaknya. Dia Maha Esa dalam memberi hukum, artinya Dia-lah pemberi hukum tertinggi, dan Dia tidak berserikat dengan sesuatu. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Ikhlas/112: 1-4:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)                
Terjemahan:
Katakanlah (Muhammad), Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.

Jadi bentuk keimanan kita kepada Allah adalah dengan meyakini Allah swt sebagai tuhan yang Maha Esa, meyakini sifat-siftanya dan meyakini nama-nama Allah yang baik dan agung. Adapun sifat-sifat Allah swt. dibagi menjadi tiga yaitu: sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.
1.    Sifat wajib Allah swt.
Maksud sifat wajib Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Sifat-sifat wajib Allah tidak dapat diserupakan dengan sifat-sifat mahkluk-Nya. Sifat wajib Allah dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
a.    Sifat nafsiyah, adalah sifat yang berhubungan dengan diri Dzat Allah swt. adapun yang termasuk pada kelompok sifat nafsiyah ini adalah wujud (ada), maksud dari sifat wujud ini adalah bahwa Allah itu ada bukan karena ada yang menciptakan, tetapi karena ada dengan sendirinya.
b.    Sifat salbiyah, adalah sifat Allah yang menolak atau menafikan sifat-sifat yang tidak sesuai atau tidak layak bagi Allah swt. siifat-sifat tersebut adalah:
1)   Qidam (dahulu), maksudnya bahwa Allah terdahulu tanpa didahului oleh sesuatu.
2)   Baqa’ (kekal), maksudnya Allah itu kekal tidak mengalami perubahan dan kehancuran.
3)   Mukhalafatu lil hawaditsi (berbeda dengan semua mahkluk-Nya).
4)   Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan dan dari siapapun)
5)   Wahdaniyah (Maha Esa), maksudnya Allah itu tunggal tidak mungkin ada dua Tuhan.
c.    Sifat ma’ani, adalah sifat yang memastikan bahwa yang disifati itu memiliki sifat tersebut. Maksudnya, sifat-sifat wajib bagi Allah dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia serta dapat meyakinkan kepercayaan seseorang sebab dapat dibuktikan kebenarannya oleh pancaindra manusia. Sifat-sifat tersebut adalah:
1)   Qudrat (Mahakuasa).
2)   Iradat (Maha Berkehendak).
3)   Ilmu (Maha Mengetahui atas segala sesuatu).
4)   Hayat (Mahahidup).
5)   Sama’ (Maha Mendengar).
6)   Bashar (Maha Melihat).
7)   Kalam (berkata-kata atau berfirman).
d.   Sifat ma’nawiyyah adalah sifat yang berhubugan dengan sifat ma’ani. Sifat-sifat tersebut adalah:
1)   Qadiran (Mahakuasa).
2)   Muridan (Maha Berkehendak).
3)   Aliman (Maha Mengetahui).
4)   Hayyan (Maha Hidup).
5)   Sami’an (Maha Mendengar).
6)   Bashiran (Maha Melihat).
7)   Mutakkaliman (Maha Berkat-kata).

2.    Sifat Mustahil Allah swt.
Maksud sifat mustahil Allah adalah sifat yang tidak mungkin ada pada Allah swt. Sifat-sifat mustahi tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Adam (tidak ada).
b.    Huduts (baharu/permulaan).
c.    Fana’ (rusak).
d.   Mumatsalatu lil Hawadits (menyerupai mahluk).
e.    Ihtiyaju li Ghairihi (Membutuhkan sesuatu).
f.     Ta’addud (berbilang/lebih dari satu).
g.    Ajzun (lemah).
h.    Karahah (terpaksa).
i.      Jahlun (bodoh).
j.      Maut (mati).
k.    Shamamun (tuli).
l.      Umyun (buta).
m.  Bukmun (bisu).
n.    ‘Ajizan (mahalemah).
o.    Mukrahan (mahaterpaksa).
p.    Jahilan (mahabodoh).
q.    Mayyitan (mahamati).
r.     Ashamma (mahatuli).
s.     A’ma (mahabuta).
t.     Abkama (mahabisu).

3.    Sifat Jaiz Allah swt.
Maksud sifat jaiz Allah adalah sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Sifat jaiz Allah adalah Fi’lu Kulli Mumkinin au Tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Kebebasan ada hikmah dan gunanya.
Selain meyakini sifat-sifat Allah swt. bentuk keimanan juga adalah dengan meyakini nana-nama Allah yang baik atau kita kenal dangan Asmaul Husna. Nama-nama Allah ini bukan hanya sekedar nama namun dapat dijadikan jalan untuk bermakrifat kepada Allah swt. dengan cara memahami baik-baik nama itu. Allah swt. befirman dalam QS. al-A’raf/7: 180:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 
Terjemahan:
Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Nama-nama Allah (Asmaul Husna) tersebut menunjukkan akan ketinggian, kesungguhan, dan kesempurnaan Dzat dan sifatnya. Adapun jumlah nama-nama Allah yang baik (Asmaul Husna) itu berjumlah 99. Rasulullah saw. bersabda, “Allah itu mempunyai sembilan puluh Sembilan nama. Barangsiapa yang menghafalnya, ia masuk surga. Sesungguhnya Allah itu Maha Ganjil dan cinta sekali pada yang ganjil.” (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).

Nama Allah swt. yang 99 tersebut adalah:
1)   Allah (lafazh yang Mahamulia yang merupakan nama dair Dzat Illahi yang Mahasuci serta wajib adanya, yang berhak memiliki semua macam pujian dan sanjungan).
2)   Ar-Rahman (Maha Pengasih).
3)   Ar-Rahim (Maha Penyayang).
4)   Al-Malik (Maha Merajai).
5)   Al-Quddus (Mahasuci).
6)   As-Salam (Maha Menyelamatkan).
7)   Al-Mumin (Maha Pemeliharan Keamanan).
8)   Al-Muhaimin (Maha Penjaga).
9)   Al-‘Azis (Maha Mulia).
10)    Al-Jabbar (Maha Perkasa).
11)    Al-Mutakabbir (Mahamegah).
12)    Al-Khaliq (Maha Pencipta).
13)    Al-Bari’ (Maha Pembuat).
14)    Al-Mushawwir (Maha Pembentuk).
15)    Al-Ghaffar (Maha Pengampun).
16)    Al-Qahhar (Maha Pemaksa).
17)    Al-Wahhab (Maha Pemberi).
18)    Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki).
19)    Al-Fattah (Maha Membukakan).
20)    Al-‘Alim (Maha Mengetahui).
21)    Al-Qabidh (Maha Mencabut).
22)    Al-Basith (Maha Meluaskan).
23)    Al-Khafidh (Maha Menjatuhkan).
24)    Ar-Rafi’ (Maha Mengangkat).
25)    Al-Mu’izz (Maha Pemberi Kemuliaan).
26)    Al-Mudzil (Maha Pemberi Kehinaan).
27)    As-Samii’ (Maha Mendengar).
28)    Al-Bashar (Maha Melihat).
29)    Al-Hakam (Maha Menetapkan Hukum).
30)    Al-‘Adl (Maha Adil).
31)    Al-Lathif (Maha Halus).
32)    Al-Khabir (Maha Waspada).
33)    Al-Halim (Maha Penyantun).
34)    Al-‘Azhim (Maha Agung).
35)    Al-Ghafur (Maha Pengampun).
36)    Asy-Syakur (Maha Menghargai).
37)    Al-‘Aliyy (Maha Tinggi).
38)    Al-Kabir (Maha Besar).
39)    Al-Hafizh (Maha Memelihara).
40)    Al-Muqit (Maha Pemberi Kecukupan).
41)    Al-Hasib (Maha Penghitung/Penjamin).
42)    Al-Jalil (Maha Luhur).
43)    Al-Karim (Maha Pemurah).
44)    Ar-Raqib (Maha Peneliti).
45)    Al-Mujib (Maha Mengabulkan).
46)    Al-Wasi’ (Maha Luas).
47)    Al-Hakim (Maha Bijaksana).
48)    Al-Wadud (Maha Pencipta).
49)    Al-Majid (Maha Mulia).
50)    Al-Ba’its (Maha Membangkitkan).
51)    Asy-Shahid (Maha Menyaksikan).
52)    Al-Haqq (Maha Benar).
53)    Al-Wakil (Maha Memelihara).
54)    Al-Qawiyy (Maha Kuat).
55)    Al-Matin (Maha Kokoh).
56)    Al-Waliyy (Maha Melindungi).
57)    Hamid (Maha Terpuji).
58)    Al-Muhshi (Maha Penghitung).
59)    Al-Mubdi’ (Maha memulai).
60)    Al-Mu’id (Maha Mengulangi).
61)    Al-Muhyi (Maha menghidupkan).
62)    Al-Mumit (Maha Mematikan).
63)    Al-Hayy (Maha Hidup).
64)    Al-Qayyum (Maha Berdiri Sendiri).
65)    Al-Wajid (Maha Menemukan/Kaya).
66)    Al-Majid (Maha Mulia).
67)    Al-Wahid (Maha Esa).
68)    Ash-Shamad (Maha Dibutuhkan).
69)    Al-Qadir (Maha Kuasa).
70)    Al-Muqtadir (Maha Menentukan).
71)    Muqqadim (Maha Mendahulukan).
72)    Al-Muakhkhir (Maha Mengakhirkan).
73)    Al-Awwal (Maha Awal).
74)    A-Akhir (Maha Akhir).
75)    Azh-Zhahir (Maha Nyata).
76)    Al-Batin (Maha Tersembunyi).
77)    Al-Wali (Maha Menguasai).
78)    Al-Muta’ali (Maha Agung).
79)    Al-Barr (Maha Dermawan).
80)    At-Tawwab (Maha Menerima Tobat).
81)    Al-Muntaqim (Maha Penyiksa).
82)    Al-‘afuww (Maha Pemaaf).
83)    Ar-Ra’uf (Maha Pengasih).
84)    Malikul Mulk (Maha Menguasai Kerajaan).
85)    Dzul Jalali wal Ikram (Maha Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan).
86)    Al-Muqsith (Maha Mengadili).
87)    Al Jami’ (Maha Mengumpulkan).
88)    Al-Ghaniyy (Maha Kaya).
89)    Al-Mughny (Maha Pemberi Kekayaan).
90)    Al-Mani’ (Maha Menolak/Membela).
91)    Adh-Dharr (Maha Pemberi Bahaya).
92)    An-Nafi’ (Maha Pemberi Manfaat).
93)    An-Nur (Maha Bercahaya).
94)    Al-Hadi (Maha Pemberi Petunjuk).
95)    Al-Badri (Maha Pencipta yang Baru).
96)    Al-Baqlii (Maha Kekal).
97)    Al-Warits (Maha Mewarisi).
98)    Ars-Rasyid (Maha Cendekiawan).
99)    Ash-Shabur (Maha Penyabar).
Itulah 99 nama Allah yang baik dan agung, Ibnu Qayyum berkata “Penamaan Allah menunjukkan bahwa Dia adalah sebagai Yang dituhankan dan disembah, dituhankan oleh semua makhluk dengan penuh kecintaan, pengagungan, tunduk dan belingdung kepada-Nya dalam semua kebutuhan dan musibah yang menimpah.

B.       Iman kepada Malaikat-malaikat Allah Swt.
Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan meyakini bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka dulunya menampakkan wujudnya kepada Nabi dan Rasul dalam bentuk manusia laki-laki. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya. Mereka tidak pernah berdosa. Tidak seorangpun mengetahui jumlah malaikat. Hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya. Selengkapnya DI SINI

C.      Iman kepada Kitab-kitab Allah swt.
Al-kutub adalah bentuk jamak dari ‘kitab” yang berarti sesuatu yang ditulis. Namun yang dimaksud di sini adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai pedoman hidupnya. Adapun shuhuf (lembaran-lembaran) adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul, tetapi tidak wajib disampaikan atau diajarkan kepada manusia.
Iman kepada kita suci artinya mempercayai dan meyakini dengan sepenuh keyakinan bahwa kitab-kitab yang diturunkan Allah swt. kepada para rasul-Nya yang berisikan ketentuan yang menetapkan akidah, syari’ah dan ibadah, maupun yang menetapkan hukum peraturan yang kesemuanya itu harus dijadikan pedoman hidup oleh seluruh manusia dalam melaksanakan tugas kehidupannya di dunia ini. Allah swt. berfirman dalam QS. an-Nisa’/4: 136:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا                               
Terjemahan:
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (al-Qur’an) yang diturunkan kepda Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.

Adapun jumlah kitab yang Allah swt. turunkan tidak ada yang mengetahui berapa banyak jumlah yang sebenarnya. Namun yang tercatat dan wajib diketahui umat Islam ada empat, yaitu:
1.    Kitab Taurat
Kitab taurat diturunkan kepada nabi musa a.s. sekitar abad ke-12 SM di daerah Israel dan Mesir dalam bahasa Ibrani. Allah berfirman dalam QS. al-Maidah/5: 44:
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ                                                             
Terjemahan:
Sungguh, kami yang menurunkan kitab taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan dengan kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikan juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.

2.    Kitab Zabur
Kitab zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. seorang raja bangsa Israil di Kan’an, sekitar abad ke-10 SM. Kitab Zabur berisi mazmur (nyanyian pujian kepada Tuhan) yang melukiskan tentang nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada Nabi Daud dan tentang syariat dan hukum. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Isra’/17: 55:
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا    
Terjemahan:
Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
3.    Kitab Injil
Kitab injil diturunkan Allah swt. kepada Nabi Isa a.s. pada permulaan abad pertama di Yerussalem. Kata injil berasal dari bahasa ibrani yang berarti kabar gembira. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Maidah/5: 46:
وَقَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ                                                 
Terjemahan:
Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kita yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.

Pada hakikatnya ketiga kitab yang Allah swt. turunkan kepada rasulnya mengajarkan tentang Tauhid kepada Allah swt. namun kitab-kitab yang sekarang beredar tidak murni lagi dan banyak mengalami perubahan yang dilakukan oleh para penganutnya. Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah/2: 75:
۞ أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ                                                                                                     
Terjemahan:
 Maka apakah kamu (muslimin) sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, sedangkan golongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya, padahal mereka mengetahuinya?

4.    Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang Allah swt. turunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai rasul terakhir. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur selama 23 tahun, yang terbagi dalam dua periode, yaitu Periode Mekah, yakni ayat-ayat, dan surah-surah yang diturunkan di Mekah sebelum Nabi hijrah yang lazimnya berisi akidah, dan dinamakan sebagai surah Makiyyah, dan periode Madinah, yakni ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan di Madinah setelah Nabi hijrah dari Mekah yang lazimnya berisi syariat sehubungan sosial (mu’amalah) dan pembinaan masyarakat Islam, yang kemudian di kenal sebagai surah madaniyyah.
Adapun turunnya al-Qur’an adalah sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap manusia di Muka bumi. Al-Qur’an juga turun untuk menyempurnakan ajaran-ajaran ketuhanan yang pernah dimuat dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Maidah/5: 48:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ                                                                                                     
Terjemahan:
Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan jaganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebaijikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.

Jadi berdasarkan ayat di atas al-Qur’an turun untuk mengkokohkan haq dan kebenaran yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu. Selain itu al-Qur’an juga turun untuk menunjukkan, menjelaskan dan menyingkap semua kesalahan dan kekeliruan yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu, yang tentunya kekeliruan tersebut timbul akibat tangan-tangan kotor manusia yang melakukan perubahan, pergantian, penukaran, serta meletakkan mana-mana yang bukan semestinya. Al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna yang isi dan kandungannya selalu bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi manusia. Bahkan semakin modern zaman ini, isi dan kandungan al-Qur’an justru semakin terbukti kebenarannya. Dan tidak seperti kitab-kitab terdahulu yang dengan mudahnya diubah oleh manusia, al-Qur’an memiliki isi dan kandungan yang tidak satupun makhluk mampu membuat sesuatu seperti al-Qur’an. sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. al-isra’/17: 88:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا       
Terjemahan:
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.”

Begitupun dalam QS. Hud/11: 13-14. QS. al-Baqarah/2: 23-24. QS. Yunus/10: 37-38. Dan pada QS. an-Nisa/4: 82. Jadi ayat-ayat tersebut memberikan tantangan kepada manusia yang meragukan al-Qur’an untuk membuat satu surah saja yang sama seperti al-Qur’an, dan hingga saat ini tak ada satupun manusia ataupun makhluk yang dapat membuat hal yang serupa seperti al-Qur’an. Banyak sekali yang pernah mencoba dan salah satunya yang terkenal adalah Muzailamah al-Kazzab seorang nabi palsu, namun ia tidak mampu membuat ayat yang sesempurna seperti al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Hijr/15: 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Terjemahan:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.

Berdasarkan ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna baik dari segi isi dan kandungannya, al-Qur’an tidak akan pernah mengalami perubahan bahkan setitikpun tidak akan ada yang berubah dari al-Qur’an hingga akhir zaman karena Allah swt. sendirilah yang menjaga kesempurnaan al-Qur’an tersebut.
Maka Sebagai seorang muslim tidaklah sempurna iman kita manakalah kita tidak mempercayai kebenaran al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Adapun dikatakan beriman kepada al-Qur’an manakalah dalam kehidupannya menerapkan tigal hal, yaitu: membaca, memahami, dan mengamalkan. (selengkapnya DI SINI)

D.      Iman kepada para Rasul Allah swt.
Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Bedanya dengan nabi adalah nabi mendapatkan wahyu namun tidak berkewajiban untuk menyampaikannya, namun sebagian ulama mengatakan pengertian ini memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika nabi tidak menyampaikan, beliau telah menyembunyikan wahyu Allah. Ulama lain menyatakan bahwa ketika nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu, hal itu bukan berarti nabi tidak boleh menyampaikan wahyu. Wallahu’alam. Perbedaan yang lebih jelas antara nabi dan rasul adalah seorang rasul mendapatkan syariat baru, sedangkan nabi di utus mempertahankan syariat yang sebelumnya.
Adapun mengenai jumlah nabi dan rasul ada ulama yang mengatakan bahwa Allah swt. telah menurunkan nabi sebanyak 124.000 dan rasul seabanyak 313 orang, dan jumlah inipun belum dipastikan dan boleh jadi jumlahnya lebih banyak lagi. Hanya Allah swt, yang mengetahuinya. Namun dari sekian banyak jumlah nabi dan rasul tersebut, hanya 25 orang yang disebutkan dalam al-Qur’an dan inilah yang wajib kita ketahui, para nabi dan rasul tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Nabi Adam a.s.
2.    Nabi Idris a.s.
3.    Nabi Nuh a.s.
4.    Nabi Hud a.s.
5.    Nabi Sholeh a.s.
6.    Nabi Ibrahim a.s.
7.    Nabi Luth a.s.
8.    Nabi Ismail a.s.
9.    Nabi Ishak a.s.
10.    Nabi Yaqub a.s.
11.    Nabi Yusuf a.s.
12.    Nabi Ayyub a.s.
13.    Nabi Suaib a.s.
14.    Nabi Musa a.s.
15.    Nabi Harun a.s.
16.    Nabi Zulkifli a.s.
17.    Nabi Daud a.s.
18.    Nabi Sulaiman a.s.
19.    Nabi Ilyas a.s.
20.    Nabi Ilyasa a.s.
21.    Nabi Yunus a.s.
22.    Nabi Zakaria a.s.
23.    Nabi Yahya a.s.
24.    Nabi Isa a.s.
25.    Nabi Muhammad saw.
Di antara kedua puluh lima rasul tersebut, ada yang disebut Ulul Azmi yang artinya rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati yang tak pernha goyah dan mempunyai ketabahan yang luar biasa, kesabaran yang tak ada batasnya. Rasul yang mendapat julukan Ulul Azmi adalah:
1.    Nabi Nuh a.s.
2.    Nabi Ibrahim a.s.
3.    Nabi Musa a.s.
4.    Nabi Isa a.s.
5.    Nabi Muhammad saw.
Allah swt. mewajibkan setiap orang beriman kepada semua rasul yang di utus-Nya. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar berasal dari Allah swt. dan senantiasa mengamalkan syariat yang disampaikannya. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa jumlah nabi dan rasul itu sangatlah banyak ada yang dikisahkan dalam al-qur’an dan ada yang tidak dikisahkan, dan sebagai seorang muslim kita wajib mengimani semua nabi dan rasul baik itu dikisahkan ataupun tidak tanpa membeda-bedakan dengan mengatakan “aku bukanlah umat dari nabi dan rasul tersebut.” Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. Ghafir/40: 78:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ                           
Terjemahan:
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

Di ayat yang lain Allah swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah/2: 136:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ                              
Terjemahan:
Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah, dan kepada yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak mebeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami berserah diri kepada-Nya,”

Adapun fungsi di utusnya rasul-rasul Allah di muka bumi ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengajak manusia beribadah kepada Allah swt.
2.    Menyampaikan perintah dan larangan Allah swt.
3.    Memberikan petunjuk pada jalan yang benar kepada manusia.
4.    Menjadi panutaan bagi setiap manusia.
5.    Memberi peringatan tentang hari kebangkitan.
6.    Mengalihkan perhatian manusia dari kehidupan yang fana ke kehidupan yang kekal.
Untuk keberhasilan tugas yang Allah percayakan kepada mereka, paras rasul didukung oleh sifat-sifat istimewa, yaitu sebagai berikut:
1.    Siddiq, artinya jujur, benar dalam segala ucapannya, mustahi bersifat kidzib (dusta).
2.    Amanah, artinya terpercaya, mustahi bersifat khianat (curang).
3.    Tabligh, yakni menyampaikan apa-apa yang datang dari Allah swt. mustahil kitman tidak menyampaikan atau menyembunyikan.
4.    Fathonah, yakni cerdas/pandai, mustahil baladah artinya bodoh.
E.       Iman kepada Hari Akhir
Baik di al-Qur’an maupun dalam hadits telah dikemukakan dengan jelas dan tegas, bahwa kelas semua jin dan manusia, sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga manusia yang paling akhir, seluruhnya akan diajukan ke sidang mahkamah Allah di padang Mahsyar (di hari Kiamat) nanti. Sedangkan sebelum berlangsungnya sidah Mahkamah Allah di pandang Mahsyar itu, seluruh manusia akan menghadapi peristiwa-peristiwa dahsyat yang mengerikan dan menakutkan, yaitu akan datang dan terjdinya Hari Kiamat secara mendadak dan tiba. Dimana sebelumnya akan ditandai dengan bermacam-macam peristiwa dan kejadian yang aneh-aneh, yang belum pernah kita alami sebelumnya. Adapun seluruh manusia yang sudah mati sebelum datangnya hari kiamat, maka dalam masa bertahun-tahun dan berabad-abad lamanya mereka dalam tahanan di alam kubur (barzakh) sampai datangnya hari kiamat.
Adapun dalam alam kubur (barzakh) mereka yang beriman akan mendapatkan nikmat kubur hingga hari kiamat, sebaliknya yang kafir akan mendapatkan siksaan. Dalam riwayat Dailamu dari Anas disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Mungkar dan Nakir masuk menemui mayit dalam kuburannya lalu mendudukannya. Jika ia orang mu’min keduanya berkata kepadanya: siapa Tuhanmu? Ia menjawab Allah. Siapa Nabimu? Ia menjawab Muhammad. Siapa Imammu? Ia menjawab al-Qur’an. lalu keduanya melapangkan kuburnya. Jika ia orang kafir, keduanya bertanya: siapa Tuhanmu? Ia akan menjawab tidak tahu. Siapa Nabimu? Ia menjawab tidak tahu. Siapa imammu? Ia menjawab tidak tahu. Lalu kedunya memukulnya dengan kedua tiang, satu pukulan sehingga berkobarlah api menyala dalam kuburnya dan disempitkan kuburnya hingga ia terhimpit berpatahan tulang belulangnya.”
Kemudian dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda, (“Sesungguhnya Alam kubur itu adalah tahap pertama untuk alam akhirat. Bilamana seorang telah selamat dalam tahap pertama itu, untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih ringan. Tetapi kalau tidak selamat dalam tahan pertama (alam kubur itu), maka untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih dahsyat.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim). Jadi ringkasnya bahwa tahanan di alam kubur itu merupakan barometer untuk menentukan selamat atau celakanya dalam persidangan Mahkamah di Padang Mahsyar.
Setelah melalui alam barzakh maka akan tejadilah peristiwa hari kiamat, yaitu dibinasakannya dan dihancurkan alam semesta yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju kehidupan kekal di akhirat. Allah sw. berfirman dalm QS. al-Hajj/22: 7:
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Terjemahan:
Dan sungguh, (hari) kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapapun di dalam kubur.

Namun pertanyaan kapan datangnya kiamat itu, siapapun tidak ada yang tahu melainkan Allah swt. sebagaimana firmannya dalam QS. al-A’raf/7: 187:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ                                                                                           
Terjemahan:
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat, “kapan terjadi?” katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu, kecuali secara tiba-tiba. ”Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad) “sesungguhnya pengetahuan tentang (hari kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Tetapi walaupun peristiwa kiamat dirahasiakan oleh Allah swt. namun tanda-tanda terbesar sebelum terjadinya kiamat telah dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya, beliau bersabda “Kiamat tidak akan terjadi sebelum terlihat sepuluh macam tanda (1) ad-Dukhan (asap atau kabut), (2) Dajjal (sipenipu besar), (3) Dabbah (binatang melata), (4) Matahari terbit dari barat, (5) Turunnya Isa anak Maryam. (6) Ya’juj dan Ma’juj, (7) Gerhana di timur, (8) Gerhana di Barat, (9) Gerhana di Jazirah Arab, (10) Api menyala di Yaman menghalau umat manusia ke mahsyar/tempat berkumpul.” (HR. Muslim). Adapaun dalam hadist tersebut salah satu cobaan yang sangat berat yang akan dihadapi umat Islam nantinya sebelum terjadinya kiamat adalah munculnya “Dajjal” Rasulullah saw, bersabda, “tidak ada satupun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnanya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal” (HR. Muslim).
Dajjal datang dengan meniru sosok Nabi dan mengklain dirinya adalah Nabi dan setelah itu dia mengaku Tuhan, Dajjal datang dari Timur. Dia menguji manusia dengan sesuatu yang diberikan kepadanya berupa kemampuan-kemampuan yang luar biasa, yaitu dengan menghidupkan mayit yang sebelumnya ia matikan, menurunkan hujan, menghidupkan bumi dengan tumbuhan dan menjadikan api dan dua macam sungai, dan hal-hal lain yang diluar kebiasaan. Dajjal itu juga membawa surga dan neraka. Nerakanya itu sebenarnya surga dan surganya itu neraka. Adapun ciri-ciri dajjal adalah sebagai berikut:
1.    Seorang laki-laki.
2.    Masih muda.
3.    Berkulit Merah.
4.    Pendek.
5.    Jarak antara kedu betisnya berjauhan (leter o)
6.    Berambut keriting, kusut masai.
7.    Keningnya lebar.
8.    Dadanya bidang.
9.    Mata yang kanannya buta.
10.     Mata tersebut tidak muncul tidak pula tertancap dalam seakan-akan buah anggur yang menonjol.
11.     Di atas matanya yang kiri ada daging keras yang tumbuh.
12.     Diantara kedua matanya tertulis huruf ك ف ر setiap muslim dapat membacanya, baik dia orang buta maupun tidak. Dan diantaranya sifatnya bahwa dia orang yang mandul, tidak memiliki anak.
Adapun sebelum dajjal muncul akan ada tanda-tanda besar yang terjadi, yaitu:
1.    Munculnya al-Mahdi al-Muntazhar yang akan memimpin umat Islam.
2.    Keringnya danau Thabriyyah.
3.    Kurma Baisan tidak berbuah.
4.    Resesi ekonomi dunia.
5.    Al-Quds dan al-aqsha direbut kembali dari tangan yahudi.
Setelah sekian lama dajjal menyebarkan fitnanya maka turunlah Nabi Isa untuk membunuh dajjal dan akhirnya dajja berhasil dibunuh oleh Nabi Isa di Baab Lud di Timur. Setelah matinya dajjal, manusia kemudian hidup dengan damai selama 7 tahun. Tidak ada permusuhan di antara mereka. Sampai akhirnya Allah mengutus angis yang sejuk dari arah Syam. Maka setiap orang yang di dalam hatinya memiliki kebaikan dan iman walaupun seberat biji sawi, akan dicabut nyawanya. Maka tinggallah orang-orang jahat di muka bumi. Mereka hidup seperti burung (berlomba dalam kejahatan) dan berjiwa seperti binatang buas yang saling bermusuhan dan menzholimi. Merke tidak mengenal kebaikan dan tidak menolak setan di tengah-tengah mereka. Kemudian ditiuplah sangkakala tanda hari kiamat telah datang. Tidak seorangpun mendengarnya melainkan mengalihkan perhatian dan mengangkat kepala.
Orang yang pertama mendengarnya adalah orang yang sedang memperbaiki telaga ontanya. Maka orang itu kemudian mati. Selanjutnya mati pula seluruh manusia. Kemudian Allah menurunkan hujan gerimis. Maka tumbuhlah jasad-jasad manusia karenanya (kembali ke asal penciptaannya). Kemudian ditiuplah sangkakala untuk kedua kalinya. Saat itu bangkitlah manusia untuk menunggu (keputusan Allah). Kemudian dikatakan “wahai sekalian manusia marilah menghadap Rabb kalian. Tegaklah mereka karena mereka akan ditanya oleh Allah swt.” Kemudian dikatakan “keluarlah bagian untuk menjadi penghuni neraka.” Terdengar jawaban “berapa” Dari setiap sseribu orang Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan untuk jadi bagiam penghuni neraka.”
Maka itulah hari kiamat yang membuat anak kecil segera berubah (putih rambutnya), dan pada hari itu terbukalah segala kedahsyatan. Dan setelah diadili di Padang Mahsyar oleh Allah, mereka yang berat timbangan amal sholehnya dimasukkanlah ke surga Allah Swt. dan mereka yang berat timbangan amal buruknya maka dilemparkanlah mereka masuk kedalam Neraka.

F.       Iman kepada Qadha dan Qadar
Qadha menurut bahasa yakni ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Sedangkan menurut istilah, adalah ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai dengan iradah (kehendak)-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk. Adapun qadar menurut bahasa adalah kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah adalah perwujudan ketetapan (qadha) Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan bentuk yang sesuai dengan iradah-Nya.
Beriman kepada qadha dan qadar atau sering disebut dengan takdir maksudnya adalah bahwa setiap manusia wajib mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwasanya segala sesuatu atau perkara yang dilakukan oleh manusia sejak zaman azali ditulis di dalam Lauhul Mahfudz. Jadi semua yang terjadi di dunia ini telah diketahui oleh Allah swt. jauh sebelum hal itu tejadi. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Hadid/57: 22:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ                                                                                                        
Terjemahan:
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

Tetapi beriman kepada takdir bukan berarti hal itu kemudian membuat kita pasrah terhadap segala sesuatu yang terjadi pada diri kira tanpa berusaha mengubahnya. Misalnya kita hidup msikin kemudian kita tidak mau berusaha untuk mencari rezeki Allah, kita bodoh kemudian kita tidak mau berusaha untuk belajar, kita sakit tidak mau berusaha berobat kedokter, dan lain sebagainya. Karena kita beranggapan semua itu sudah ditakdirkan Allah swt. Maka ini merupakan perbuatan yang salah dalam menyikapi iman kepada takdir. Allah swt. berfirman dalam QS. ar-Rad/13: 11:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ                                                                                                   
Terjemahan:
….Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi merek selain Allah.

Berdasarkan ayat di atas manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar (berusaha) dalam mengubah keadaannya. Adapun setelah berusaha semaksimal mungkin maka kita diperintah agar senantiasa Tawakkal (berserah diri) kepada Allah swt. dan senantiasa memperbanyak doa agar Allah melancarkan kehidupan kita dan memberikan kita kehidupan yang terbaik. Jadi bisa disimpulkan iman kepada takdir mencakup tiga unsur yaitu, Ikhtiar, Tawakkal, dan doa.
Adapun Setelah kita menghadirkan rukun iman dalam diri kita maka kita diperintahkan untuk bersikap Ihsan. Yang dimaksud ihsan adalah sebagaimana sabda Rasulullah saw. bahwa “Ihsan ialah menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu.” (HR. Mutafaq ‘alaih).
Berdasarkan penjelasan diatas dan penjelasan pada Bagian Pertama maka dapat disimpulkan yang menjadi pokok-pokok ajaran Islam adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Syaikh bin Hasan Alu Syaikh. Fathul Majid. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Arifin, Bey. Hidup Sesudah Mati. Jakarta: PT. Kinta.
Ahnan, Maftuh. Dan Anwar Nuris. Husnul Khotimah. Surabaya: Terbit Terang, 2000.
Anwar, Rosihon. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Baqi, Muhammad Fu’ad Abdu. Shahih Bukhari dan Muslim. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Kementrian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Al-Hadi, 2015.
Sabiq, Sayid. Aqidah Islam. Bandung: Cv. Diponegoro.
Umar, M.Ali Chasan. Mahkamah di Padang Mahsyar. Semarang: Toha Putra.