KISAH NABI ADAM A.S

Nabi Adam a.s disebut Abul Basyar, yang artinya Bapa dari semua manusia. Disebut demikian, karena sebelum ada seorang manusia, beliaulah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt. Adapun asal kejadian manusia dari tanah liat. Sebagaimana telah difirmankan Allah dalam QS. al-Hijr/15: 26:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ

26.  Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

 

Maka setelah Nabi Adam a.s. diwujudkan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian ditiupkanlah roh kepadanya, dan setelah itu para Malaikat dan Iblis diperintahkan oleh Allah supaya bersujud kepada Nabi Adam a.s. namun perintah sujud yang diberikan Allah bukanlah perintah sujud penyembahan karena sujud menyembah selain Allah adalah perbuatan syirik, tapi perintah sujud di sini adalah dalam artian penghormatan kepada Nabi Adam a.s. Allah swt. berfirman dalam QS. Sad/38: 72:

 

فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ

72.  Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”

 

Mendengar perintah Allah yang sedemikian, maka para Malaikat taat dan patuh, mereka semua memberi penghormatan kepada Nabi Adam a.s. dengan bersujud karena Allah, kecuali Iblis ia enggan untuk bersujud. Iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam a.s. karena menganggap bahwa ia lebih baik dari pada Nabi Adam a.s. baik dari proses penciptaannya dimana Iblis diciptakan dari Api sedangkan Nabi Adam diciptakan dari tana liat dari lumpur hitam, maupun dalam hal ibadah sebagaimana dalam riwayat dikatakan bahwa iblis adalah makhluk Allah yang telah beribadah selama 80.000 tahun, 10.000 tahun di bumi, 10.000 tahun di langit pertama, 10.000 tahun di langit kedua, dan seterusnya hingga pada langit ketujuh, dan Iblis juga adalah imamnya para malaikat. Maka dengan kesombongannya Iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s.  Allah swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah/2:34:

 

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

34.  Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.

 

Melihat tingkah perbuatan Iblis yang tidak taat pada perintah sujud kepada Nabi Adam a.s. maka Allah akhirnya mengusir Iblis dari surga, sebagaimana dalam firman Allah swt. dalam QS. al-Hijr/15: 32-35:

 

قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا لَكَ اَلَّا تَكُوْنَ مَعَ السّٰجِدِيْنَ

 

قَالَ لَمْ اَكُنْ لِّاَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهٗ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍ

 

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَاِنَّكَ رَجِيْمٌۙ

 

وَّاِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

32.  Dia (Allah) berfirman, “Wahai Iblis! Apa sebabnya kamu (tidak ikut) sujud bersama mereka?”

33.  Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

34.  Dia (Allah) berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,

35.   dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari Kiamat.”

 

Mendengar firman Allah swt. tersebut, Iblis bukannya meminta maaf dan memohon ampun, tetapi iblis justru menerima kutukan yang Allah swt. berikan dengan syarat iblis meminta kepada Allah penangguhan/umur hingga hari kiamat. Kemudian Iblis pun bersumpah untuk selalu menyesatkan Nabi Adam a.s. dan semua anak cucunya sampai hari kiamat. Dengan berbagai cara dari segala penjuru arah, dan Iblis tidak akan pernah putus asa dalam meyesatkan manusia. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Hijr/15: 36-40:

 

قَالَ رَبِّ فَاَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

 

قَالَ فَاِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَۙ

 

اِلٰى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُوْمِ

 

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

 

اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ

36.  Ia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku,  (kalau begitu) maka berilah penangguhan kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.”

37.   Allah berfirman, “(Baiklah) maka sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan,

38.  sampai hari yang telah ditentukan (kiamat).”

39.  Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,

40.   kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.”

 

Adapun tujuan dari penciptaan Nabi Adam a.s adalah untuk menjadi seorang Khalifah (pemimpin) di muka bumi, sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. al-Baqarah/2: 30:

 

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

30.  Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

 

Dalam ayat di atas juga digambarkan bahwa ketika Allah swt. hendak menciptakan manusia, malaikat sempat khawatir jika manusia hanya akan menyebabkan kerusakan di bumi, namun setelah Allah swt. memberi penjelasan kepada para malaikat-Nya bahwa “Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu tidak ketahui” maka para malaikat menyadari dan tidak ada lagi rasa khawatirnya. Selain itu untuk menunjukkan kelebihan Nabi adam a.s sebagai seorang khalifah di muka bumi, Allah swt. memberi Nabi Adam a.s.  ilmu pengetahuna dan petunjuk, sehingga Nabi Adam menjadi orang yang pandai. Setelah Nabi Adam diberi ilmu dan mengetahui nama-nama semua benda yang ada disekitarnya, maka Allah mengumpulkan para Malaikat dan memerintahkan agar menyebutkan nama-nama benda tersebut. Tetapi Malaikat tidak dapat melakukannya karena malaikat tidak diberi kemampuan/ilmu pengetahuan oleh Allah swt. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah/2: 31-32:

 

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

 

قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

31.  Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”

32.  Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami  ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

 

Setelah Nabi adam diciptakan dengan segala kesempurnaanya maka ditempatkanlah Nabi Adam di surga dan diberi segala fasilitas yang ada di dalamnnya. Namun setelah sekian lama tinggal di surga, Nabi Adam merasa kesepian, maka Nabi Adam memohon kepada Allah agar diberikan teman hidup. Oleh karena itu Allah Yang Maha Tahu, Maha Mendengar, dan Maha Bijaksana, dan Maha segala-galanya, mencukupi keinginan Nabi Adam dengan menjadikan seorang teman hidup baginya yang bernama “Siti Hawa” yang diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk Nabi Adam.

Nabi Adam dan Siti Hawa pun bersenang-senang disurga dan dipersilahkan menikmati segala fasilitas yang ada, kecuali satu yang dilarang bagi mereka, yaitu mendekat dan memakan buah pohon khuldi. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah/2: 35:

 

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

35.  Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!”

 

Iblis yang selalu mengintai, akhirnya mengetahui tentanng apa yang menjadi larangan  Nabi Adam dan Siti Hawa di dalam surga. Maka dengan rasa dendam iblis pun berupaya dan berusaha mencari jalan untuk menyesatkan Nabi Adam dan Hawa agar  bersama-sama terusir dari surga. Maka timbullah sifat kelicikan iblis, berkali-kali iblis menemui mereka dengan tipu daya menunjukkan sikap seolah-olah kasihan dan memakai kata-kata yang manis dan mengangkat sumpah. Dan akhirnya kesenangan, kegembiraan dan kenikamatan surga yang di dalamnya tidak akan kekurangan makanan, harus ditinggalkan akibat Nabi Adam a.s. melanggar larangan Alla swt. disebabkan kelicikan iblis yang senantiasa menjerumuskan Nabi Adam dalam kesesasatan, maka dikeluarkanlah Nabi Adam dan Siti Hawa dari surga. Allah Swt. berfirman dalam QS. al-A’raf/7: 20-25:

 

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ

 

 وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَۙ

 

فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۗ وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَآ اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

 

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

 

قَالَ اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚوَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ

 

قَالَ فِيْهَا تَحْيَوْنَ وَفِيْهَا تَمُوْتُوْنَ وَمِنْهَا تُخْرَجُوْنَ ࣖ

20.  Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).”

21.  Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu,”

22.  dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

23.  Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”

24.  (Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan.”

25.  (Allah) berfirman, “Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.”

 

Demikianlah asal mula keduanya diturunkan ke bumi dan tidak di satu tempat, melainkan keduanya terpisah dengan jarak yang sangat jauh. Dan akhirnya oleh Allah dipertemukan kembali di suatu bukit yang dikenal dengan nama Jabal Rahmah yang berada di dekat padang arafah. Pada hari Arafah, di puncak ibadah haji sering dikunjungi banyak penziarah.

Sejak turunnya Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa, itulah permulaan bumi dihuni oleh manusia. Kemudian setelah sekian lama tingga di bumi, Nabi Adam dan Siti Hawa pun di karunia dua pasang anak kembar, yaitu Qobil kembar dengan Iqlima, dan Habil kembar dengan Lubuda. Kemudian dinikahkanlah mereka, jadi pada saat itu menikah dengan sesama saudara kandung itu diperbolehkan karena manusia yang masih sedikit, tetapi walau begitu tidak boleh menikah dengan saudara kembarnya. Maka Qabil dinikahkan dengan saudara kembal Habil yaitu Lubuda, dan Habil dinikahkan dengan saudara kembar Qabil yaitu Iqlima. Tetapi rupanya Qabil menentang dan tidak setuju dengan pernikahan ini dikarenankan Qabil ingin menikah dengan saudara kembarnya Iqlima, dikarenakan menurutnya Iqlima lebih cantik daripada Lubuda. Akan tetapi Nabi Adam tidak berani mengubah ketentuan yang Allah telah tetapkan. Dan karena kejadiannya tetap tegang, maka Nabi Adam memanggil kedua anaknya untuk dinasehati agar keduanya sama-sama membuat kurban kepada Allah, siapa kurbanya diterima Allah itulah yang berhak menikah dengan Iqlima. Kemudian Qobil dan Habil sama-sama membuat kurban, tetapi Qabil dalam membuat kurban benar-bernar tidak ikhlas karena Allah, hanya semata-mata karena hawa nafsunya. Adapun habil membuat kurban benar-benar tulus dan ikhlas karena Allah. Pada akhirnya kurban Habil-lah yang diterimah oleh Allah swt. menerima kenyataan ini Qabil tidak puas karena nafsunya, sehingga timbul rasa iri hati (hasud) dan kejahatan di hatinya, ia bertekad untuk membunuh Habil. Hai ini difirmankan oleh Allah swt. dalam QS. al-Maidah/5: 27-30:

 

۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

 

لَىِٕنْۢ بَسَطْتَّ اِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِيْ مَآ اَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَّدِيَ اِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ

 

اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ تَبُوْۤاَ بِاِثْمِيْ وَاِثْمِكَ فَتَكُوْنَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِۚ وَذٰلِكَ جَزٰۤؤُا الظّٰلِمِيْنَۚ

 

فَطَوَّعَتْ لَهٗ نَفْسُهٗ قَتْلَ اَخِيْهِ فَقَتَلَهٗ فَاَصْبَحَ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

27.  Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”

28.  ”Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”

29.  ”Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.”

30.  Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi.

 

Itulah kisah pertama kali terjadinya pembunuhan antara manusia, yang dimulai oleh Qobil membunuh saudaranya sendiri, yaitu Habil. Setelah pembunuhan terjadi, Qobil tiba-tiba merasa jadi kebingungan, karena ia belum mengerti bagaimana cara mengurus mayat saudaranya itu. Maka itulah Allah memberikan contoh dengan memperlihatkan dua ekor burung gagak berkelahi dan seekor diantaranya mati, maka gagak yang masih hidup menggali tanah dengan paruh dan kakinya. Setelah itu gagak yang mati dimasukkan ke lubang tanah tadi dan ditimbuni tanah juga. Begitulah yang difirmankan Allah dalam QS. al-Maidah/5: 31:

 

فَبَعَثَ اللّٰهُ غُرَابًا يَّبْحَثُ فِى الْاَرْضِ لِيُرِيَهٗ كَيْفَ يُوَارِيْ سَوْءَةَ اَخِيْهِ ۗ قَالَ يٰوَيْلَتٰٓى اَعَجَزْتُ اَنْ اَكُوْنَ مِثْلَ هٰذَا الْغُرَابِ فَاُوَارِيَ سَوْءَةَ اَخِيْۚ فَاَصْبَحَ مِنَ النّٰدِمِيْنَ ۛ

31.  Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.

 

Demikianlah awal mula penguburan mayat yang diajarkan oleh Allah melalui contoh burung gagak yang sampai sekarang tetap berlaku. Habil adalah manusia pertama yang meninggal dunia di muka bumi ini, lantaran dibunuh. Adapun Qobil juga manusia pertama yang melakukan pembunuhan, maka itu sepanjang zaman setiap ada pembunuhan tanpa hak, Qobil mendapat bagian dosanya, karena dialah yang memberi contoh tentang pembunuhan. Menurut riwayat Nabi Adam a.s wafat dalam usia seribu tahun dan setahun kemudian menyusullah istrinya yaitu Siti Hawa. Juga sebagian riwayat lain menyatakan, bahwa Nabi Adam a.s dikuburkan di Makkah atau Jiddah berdekatan dengan istrinya. Diterangkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, bahwa Nabi Adam dijadikan oleh Allah pada hari Jumat. Demikian juga beliau bertobat kepada Allah atas dosanya karena memakan buah khuldi, dan diturunkan ke bumi juga wafatnya, semuanya pada hari jumat.

Wallahu a’lam bish-showab

0 komentar:

Posting Komentar

Segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.