Menjaga Kelestarian Alam

QS. Al-A’raf/7:56-58

 

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

 

وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖۗ حَتّٰٓى اِذَآ اَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاۤءَ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

 

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهٗ بِاِذْنِ رَبِّهٖۚ وَالَّذِيْ خَبُثَ لَا يَخْرُجُ اِلَّا نَكِدًاۗ كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّشْكُرُوْنَ ࣖ

56.  Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.

57.  Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

58.  Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

 

Kandungan Ayat:

Allah melarang hamba-Nya membuat sedikit pun kerusakan di muka bumi ini. Sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa al-fasad yang dimaksud dalam ayat ini mencakup semua jenis kerusakan baik yang bersifat maknawi maupun yang bersifat meteri, seperti merusak tuntunan agama dengan kesyirikan dan perbuatan bid’ah, pembunuhan, perampasan hak milik dengan pencurian atau korupsi, merusak akal dengan minuman beralkohol dan narkoba, merusak keturunan dengan zina, termasuk merusak sumber penghidupan (pertanian, perternakan, perkebunan), mengeksploitasi tambang dan sumber daya alam secara berlebihan, membuang sampah sembarangan dan mencemari lingkungan sekitar.

Al-ishlah (perbaikan) yang dimaksud dalam ayat ini juga mencakup pengertian maknawi dan materi. Seperti diutusnya para nabi dan rasul dan munculnya golongan orang-orang sholeh yang istiqomah dalam berdakwa merupakan salah satu cara Allah memperbaiki dunia dan tatanannya. Dan salah satu bentuk perbaikan secara materi yang dilakukan Allah adalah dengan menjadikan bumi yang gersang menjadi subur melalui jaringan sistem alam yang konstan; Allah memerintahkan angin menggiring awan untuk menyirami tanah-tanah yang dikehendakinya.

Pesan yang dapat dipetik dari ayat ini adalah bahwa tanah yang subur dijadikan Allah sebagai sumber penghidupan manusia yang menjadikan segala bentuk kebutuhan pokok, maka jangan merusak keharmonisan alam yang dapat merubah yang subur menjadi gersang yang tidak menumbuhkan tumbuhan apapun kecuali yang tidak bermanfaat. Perumapaan Al-Qur’an tentang kelestarian alam ini dapat pula diterapkan dalam ranah membentuk keluarga yang harmonis. Semangat yang dikandung perumpamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga yang baik insyaallah akan menghasilkan keturunan yang baik, sementara keluarga dengan kondisi lingkugan tidak baik akan menciptakan generasi yang merana.

 

 

QS. Shad/38: 27:

 

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاۤءَ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۗذٰلِكَ ظَنُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنَ النَّارِۗ

27.  Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.

 

Kandungan Ayat:

Tidak ada satu perbuatanpun yang diwajibkan Allah atas hamba-Nya yang tidak memiliki hikma dan tujuan. Sholat berfungsi mengendalikan diri untuk tidak berbuat keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut/29: 45). Zakat, infaq dan shadaqah menjadi unsur penting di dalam pemerataan distribusi kekayaan (QS. Al-Hasyr/59: 7). Puasa menumbuhkan rasa mawas diri sehingga selalu berhati-hati dalam berbuat (QS. Al-Baqarah/2: 183). Termasuk dalam penciptaan manusia dan jin, tujuannya adalah agar manusia menjadikan semua pebuatannya bernilai ibadah (QS. Al-Dzariat/51: 56) sehingga tidak ada sedikitpun tindakan yang merusak dan merugikan orang lain.

Dalam ayat ini Allah memberitahukan kesempurnaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi berserta isinya. Semua diciptakan dengan tujuan dan hikma, Allah menciptakan segala sesuatu dengan teliti dan seksama (QS. An-Naml/27: 88), tidak bermain-main (QS. Al-Anbiya’/21: 16 & QS. Ad-Dhkhan/44: 38), tidak ada yang sia-sia tanpa tujuan (QS. Ali-Imran/3: 191 & QS. Al-Mu’minun/23:115).

Sebenarnya ayat-ayat semacam ini mengandung pesan bagi manusia untuk selalu berhati-hati di dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan, setiap kebijakan dan tindakannya harus menimbulkan pengaruh positif, tidak menimbulkan kerusakan yang mengancam keharmonisan kehidupan dan kelesatrian alam.

0 komentar:

Posting Komentar

Segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.