QS. Al-Baqarah/2: 155-157
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ
وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
155.
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar,
اَلَّذِيْنَ
اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ
رٰجِعُوْنَۗ
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya
kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
157. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan
rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Kandungan Ayat:
1.
Tidaklah seseorang
hidup di dunia ini melainkan Allah pasti akan mengujinya dengan berbagai musibah
dan kesulitan hidup.
2.
Ujian dan
cobaan yang Allah berikan kepada hambanya bertujuan untuk mengukur kualitas
keimanan dan ketaqwaan seseorang.
3.
Semakin tinggi
keimanan dan ketaqwaan seorang hamba maka semakin berat pula ujian yang akan
dihadapinya.
4.
Bagi mereka
yang senantiasa bersabar menghadapinya segala ujian dan cobaan yang Allah
berikan padannya, maka mereka itulah yang Allah akan angkat derajatnya, akan
memperoleh ampunan, rahmat dan petumjuk dari Allah, serta Allah akan senantiasa
memuliakannya.
5.
Orang-orang
yang sabar dan tawakkal kepada Allah swt. terhadap segala apa yang menimpanya,
mereka itulah yang senantiasa mengucapkan lafaz tarji’ dengan penuh keyakinan.
6.
Lafaz Tarji’
adalah lafaz yang diungkapkan seseorang ketika ia tertimpa musibah. Lafaz inilah
yang menunjukkan kesabaran dan kepasrahan seseorang terhadap segala ketentuan
Allah swt. lafadz tarjih tersebut ialah “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un”
(sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
QS. Ali Imran/3: 186
۞ لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ
وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ
الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا
فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
186. Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan
dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati
dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik.
Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang (patut) diutamakan.
Kandungan Ayat:
1.
Ujian adalah
sesuatu yang pasti yang akan dihadapi setiap jiwa yang mengaku beriman dan
bertaqwa kepada Allah swt.
2.
Ujian ada yang
berupa harta dan ada yang bersumber dari diri kita sendiri.
3.
Ujian berupa
harta contohnya adalah ketika kita kehilangan harta yang paling kita cintai,
kita jatuh miskin, dan kekurangan harta dalam membiayai hidup. Namun tidak
hanya miskin atau kekurangan harta saja yang disebut sebagai ujian, tapi kaya
raya atau kelebihan harta juga termasuk ujian. Dengan kekayaan yang Allah
berikan kepada kita apakah kita masih bisa berlaku adil, tidak sombong, dan
senantiasa mengasihi orang-orang fakir miskin?. Inilah ujian harta terberat
ketika kita diberikan kekayaan yang melimpah, karena begitu banyak orang yang
dulunya miskin dan setelah kaya ia kemudian jauh dan lupa bahwa Allah lah yang
memberi ia rezeki. Pada akhirnya ia kemudian berlaku sombong, enggan bersedekah
dan berinfak, dan beranggapan bahwa apa yang diperoleh merupakan berkat jeri
payahnya sendiri.
4.
Ujian yang bersumber
dari diri sendiri contohnya adalah ketika kita diberkati ilmu atau kemampuan
yang luar biasa, apakah dengan ilmu dan kemampuan itu kita tetap bisa berlaku
adil, tidak merendahkan orang lain, tidak merasa diri lebih baik, dan
senantiasa bisa berbagi ilmu dan menebar kebaikan dengan ilmu yang kita punya
atau sebaliknya?. Begitupun ketika kita dihina dan direndahkan apakah kita bisa
sabar dan menahan amarah untuk tidak membalas dan senantiasa memaafkan? Kemudian
ketika kita sendiri apakah kita bisa menawan hawa nafsu untuk tidak bermaksiat?
Ini semua merupakan ujian yang sangat berat, itulah sebabnya Rasulullah saw.
bersabda bahwa “Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad berjuang
melawan dirinya dan hawa nafsu” (Hadis Shahih diriwayatkan oleh Ibnu
Najjar dari Abu Dzarr)
5.
Musibah yang
Allah berikan kepada seseroang setidaknya memiliki dua tujuan, yaitu pertama
untuk mengukur kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang, serta untuk mengangkat
derajatnya ketempat yang lebih tinggi, sebagaiamana seorang siswa yang ingin
naik kelas maka pastilah harus melewati ujian. Kedua sebagai terguran
untuk mengingatkan bahwa ia telah jauh atau keluar dari jalan yang dirdhoi
Allah swt. maka diberikanlah hukuman atau azab agar ia sadar dan kembali kepada
jalan yang diridhoi Allah swt. sebagaiamana Rasulullah saw bersabda “ujian
tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi
dengan tidak mempunyai kesalahan.” (HR. At-Tirmidzi)
6.
Kemuliaan bagi
orang-orang yang bersabar dalam menghadapi segala ujian yang Allah berikan
kepadanya. Secara garis besar sebagian ulama mengklasifikasikan sabar menjadi
tiga macam yaitu:
a.
Al-shabru fi
al-tha’ah (sabar untuk selalu taat kepada Allah swt.)
b.
Al-shabru ‘an
al-ma’shiyah (sabar untuk tidak berbuat maksiat)
c.
Al-shabru ‘inda
al-mushibah (sabar dan tawakkal di dalam menerima cobaan Allah swt.)
0 komentar:
Posting Komentar
Segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.