Nabi Hud a.s adalah putra Syam bin Nuh anak
dari Nabi Nuh a.s. Beliau diutus oleh
Allah Swt. kepada kaumnya yang bernama “’Ad” suatu kaum yang tinggal di sebelah
utara negeri Hadratulmaut dari negeri Yaman. Allah swt. berfirman
dalam QS. Hud/11: 50:
وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا
اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا مُفْتَرُوْنَ
50. Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara
mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan
bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.
Kaum itu dinamakan kau ‘Ad karena kaum tersebut dipimpin oleh seorang yang
bernama “‘Ad” saudara dari Nabi Hud a.s. Kaum ‘Ad adalah kaum yang mahir dalam
bidang pertanian dan pembangunan. Mereka mampu mengelola tanah tandus menjadi tanah
yang subur dan mengeluarkan hasil yang memuaskan, mereka juga pandai mengatur
perkoataan. Dalam bidang pembangunan mereka mahir membuat benteng, mendirikan
gedung-gedung yang besar dan bertingkat, serta sangat indah dan kuat. Selain itu
mereka juga sudah mengerti cara membangun permandian yang sangat bagus dan
menyenangkan bagi orang-orang yang mandi. Mereka juga pandai membuat taman bunga
yang indah yang diatur dengan rapi dan praktis, sehingga tidak menjenuhkan mata
memandangnya. Kemampuan yang dimiliki kaum ‘Ad itu membuatnya menjadi kaum yang
lebih maju dan kaya dari yang lain. Keturunannyapun sangat banyak, begitu pula
binatang ternaknya berkembang biak sangat banyak. Namun sangat disayangkan
dibalik kemahiran dan kecerdasannya yang luar biasa itu mereka justru menyembah
berhala dan mempunyai sifat sombong dan keji. Mereka senang berbuat maksiat,
menyebabkan permusuhan, perselisihan dan saling fitnah diantara sesamanya yang
menimbulkan keresahan pada orang lain. Mereka merasa kuat dan gagah serta
paling pandai dari kaum lainnya. Apabila mereka berperang dengan musuhnya,
mereka selau mendemostrasikan kekejaman dan keganasannya, mereka menyiksa
musuhnya di luar perikemanusiaan.
Kaum ‘Ad adalah kaum yang jauh dari petunjuk Allah dan senang meyebarkan
kemungkaran di muka bumi. Karena kondisi dan situasi semacam ini, maka Allah
swt. mengutus Nabi Hud a.s untuk memberi peringatan dan membimbing kaum ‘Ad
agar menyembah Allah dan kembali ke jalan yang di ridhoi Allah swt.
sebagaiamana Allah swt. berfirman dalam QS. Al-A’raf/7: 65:
۞ وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا
اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
65. Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara
mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan)
bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”
Meskipun Nabi Hud a.s telah menasehati dan memberi peringatan, namun kaum ‘Ad
mengabaikan peringatan Nabi Hud a.s, mereka menertawakan serta bertingkah dan
berlagak menunjukkan kesombongan dan penghinaannya kepada Nabi Hud, mereka
menuduh bahwa ucapan-ucapan Nabi Hud a.s hanyalah suatu taktik untuk
memperdayakan mereka, agar mereka mau memberikan sesuatu kepadanya. Sebagaiamana
firman Allah swt. dalam QS. Hud/11: 51-54:
يٰقَوْمِ لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا ۗاِنْ
اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى الَّذِيْ فَطَرَنِيْ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا
اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً
اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ
قَالُوْا يٰهُوْدُ مَاجِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَّمَا نَحْنُ
بِتَارِكِيْٓ اٰلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِيْنَ
اِنْ نَّقُوْلُ اِلَّا اعْتَرٰىكَ بَعْضُ اٰلِهَتِنَا
بِسُوْۤءٍ ۗقَالَ اِنِّيْٓ اُشْهِدُ اللّٰهَ وَاشْهَدُوْٓا اَنِّيْ بَرِيْۤءٌ
مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
51. Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan
kepadamu atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.
Tidakkah kamu mengerti?”
52. Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah
ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan
hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan
janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.”
53. Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud!
Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak
akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan
mempercayaimu,
54. kami hanya mengatakan bahwa sebagian
sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Dia (Hud)
menjawab, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan,
Demikianlah kaum ‘Ad yang sombong dan durhaka itu mendebat Nabinya karena
beranggapan bahwa pengikut-pengikut Nabi Hud a.s hanya orang-orang yang bodoh,
tidak mempunyai akal dan pikiran yang waras sehingga mudah dipengaruhi oleh
Nabi Hud a.s. Sedangkan mereka yang sudah merasa menjadi orang paling gagah
berani dan pandai tentu saja merasa gengsi, sehingga mereka dengan begitu saja
menolak hidayah dari Allah swt. sebagai seorang Rasul utusan Allah, meskipun
mendapat cacian yang bagaimanapun pahitnya, Nabi Hud a.s tidak pernah putus asa
untuk menyampaikan Risalah Allah kepada kaumnya. Allah swt. berfirman dalam QS.
Asy-Syu’ara/26: 124-135:
اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ هُوْدٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ
اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ
فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِ ۚ
وَمَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍۚ اِنْ اَجْرِيَ
اِلَّا عَلٰى رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۗ
اَتَبْنُوْنَ بِكُلِّ رِيْعٍ اٰيَةً تَعْبَثُوْنَ ۙ
وَتَتَّخِذُوْنَ مَصَانِعَ لَعَلَّكُمْ تَخْلُدُوْنَۚ
وَاِذَا بَطَشْتُمْ بَطَشْتُمْ جَبَّارِيْنَۚ
فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوْنِۚ
وَاتَّقُوا الَّذِيْٓ اَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُوْنَ ۚ
اَمَدَّكُمْ بِاَنْعَامٍ وَّبَنِيْنَۙ
وَجَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍۚ
اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ ۗ
قَالُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْنَآ اَوَعَظْتَ اَمْ لَمْ تَكُنْ
مِّنَ الْوٰعِظِيْنَ ۙ
اِنْ هٰذَآ اِلَّا خُلُقُ الْاَوَّلِيْنَ ۙ
وَمَا نَحْنُ
بِمُعَذَّبِيْنَ ۚ
124. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada
mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?
125. Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan
(yang diutus) kepadamu,
126. karena itu bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku.
127. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas
ajakan itu; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam.
128. Apakah kamu mendirikan istana-istana pada
setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati,
129. dan kamu membuat benteng-benteng dengan
harapan kamu hidup kekal?
130. Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu lakukan
secara kejam dan bengis.
131. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku,
132. dan tetaplah kamu bertakwa kepada-Nya yang
telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.
133. Dia (Allah) telah menganugerahkan kepadamu
hewan ternak dan anak-anak,
134. dan kebun-kebun, dan mata air,
135. sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab
pada hari yang besar.”
136. Mereka menjawab, “Sama saja bagi kami, apakah
engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat,
137. (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan
orang-orang terdahulu,
138. dan kami (sama sekali) tidak akan diazab.”
Demikianlah kekasaran budi pekerti kaum ‘Ad terhadap Rasul Allah yang
semestinya wajib mereka taati. Dengan berbagai ancaman dan kebijaksanaan Nabi
Hud a.s menyampaikan risalah Allah kepada mereka, mereka juga di ingatkan
tentang siksaan Allah swt. yang diturunkan kepada umatnya Nabi Nuh a.s berupa
banjir yang besar yang mengubah dunia menjadi lautan dan membinasakan seluruh
mahkluk hidup. Namun semuanya sia-sia, mereka mengabaikan semua nasihat Nabi
Hud a.s, merehkan mengatakan Nabi Hud adalah kurang waras dan seorang pedusta,
bahkan dengan sombongnya mereka menantang agar mendatangkan azab Allah seperti yang
diperingatkan Nabi Hud a.s, Allah swt. berfirman dalam QS. Al-A’raf/7: 65-71:
۞ وَاِلٰى عَادٍ
اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ
غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ
قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖٓ
اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ
قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ سَفَاهَةٌ وَّلٰكِنِّيْ
رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ
اَمِيْنٌ
اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ
عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْۗ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ
مِنْۢ بَعْدِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّزَادَكُمْ فِى
الْخَلْقِ بَصْۣطَةً ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالُوْٓا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ
وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَاۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ
مِنَ الصّٰدِقِيْنَ
قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ
وَّغَضَبٌۗ اَتُجَادِلُوْنَنِيْ فِيْٓ اَسْمَاۤءٍ سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ
وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ فَانْتَظِرُوْٓا
اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ
65. Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara
mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan)
bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”
66. Pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari
kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan
kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”
67. Dia (Hud) menjawab, “Wahai kaumku! Bukan aku
kurang waras, tetapi aku ini adalah Rasul dari Tuhan seluruh alam.
68. Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku dan
pemberi nasihat yang terpercaya kepada kamu.
69. Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang
datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk
memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai
khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh
dan perawakan. Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung.”
70. Mereka berkata, “Apakah kedatanganmu kepada
kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa
disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika
kamu benar!”
71. Dia (Hud) menjawab, “Sungguh, kebencian dan
kemurkaan dari Tuhan akan menimpa kamu. Apakah kamu hendak berbantah denganku
tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri, padahal
Allah tidak menurunkan keterangan untuk itu? Jika demikian, tunggulah!
Sesungguhnya aku pun bersamamu termasuk yang menunggu.”
Karena kedurhakaan kaum ‘Ad yang selalu mendustakan Rasul Allah, maka Allah
pun berjanji hendak menurunkan azab sebagaimana mereka minta. Hal ini
difrimankan Allah Swt. dalam QS. Asy-Syu’ara/26: 139:
فَكَذَّبُوْهُ فَاَهْلَكْنٰهُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ
لَاٰيَةً ۗوَمَا كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
139. Maka mereka mendustakannya (Hud), lalu Kami
binasakan mereka. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah),
tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
Demikianlah janji Allah atas kaum ‘Ad yang keras kepala yang tidak lagi
dapat dinasehati dan juga tidak mau menerima hidayah, maka Allah menurunkan
siksaan kepada mereka dengan ditupkannya angin yang sangat dashyat selama 7
malam 8 hari, sehingga mereka semua binasa. Sebagaimana Allah swt. berfirman
dalam QS. Fussilat/41: 16:
فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيْحًا صَرْصَرًا فِيْٓ اَيَّامٍ
نَّحِسَاتٍ لِّنُذِيْقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا
ۗوَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَخْزٰى وَهُمْ لَا يُنْصَرُوْنَ
16. Maka Kami tiupkan angin yang sangat
bergemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar
mereka itu merasakan siksaan yang menghinakan dalam kehidupan di dunia.
Sedangkan azab akhirat pasti lebih menghinakan dan mereka tidak diberi
pertolongan.
Maka saat itu kaum ‘Ad baru sadar bahwa kepandaian dan kekuatan yang
menyebabkan mereka sombong semuanya tidak ada artinya. Namun kesadaran kaum ‘Ad
sudah terlambat karena kematian sudah ada dihadapannya, Allah sudah menurunkan
azab dengan siksa yang tidak dapat dicegah oleh kekuatan manusia. Allah swt berfirman
dalam QS. Al-Haqqah/69: 6-8:
وَاَمَّا عَادٌ فَاُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍۙ
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَّثَمٰنِيَةَ
اَيَّامٍۙ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعٰىۙ كَاَنَّهُمْ اَعْجَازُ
نَخْلٍ خَاوِيَةٍۚ
فَهَلْ تَرٰى لَهُمْ مِّنْۢ بَاقِيَةٍ
6. sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan
dengan angin topan yang sangat dingin,
7. Allah menimpakan angin itu kepada mereka
selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada
waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah
kosong (lapuk).
8. Maka adakah kamu melihat seorang pun yang
masih tersisa di antara mereka?
Demikanlah kaum ‘Ad yang yang tidak bertaqwa kepada Allah swt dibinasakan. Kisah
Nabi Hud a.s ini memberikan kita sebuah pelajaran yang sangat berarti, bahwa
segala kekuatan dan kepandaian yang kita miliki tidak ada apa-apanya dihadapan Allah swt, maka
janganlah kita sombong dan merasa lebih baik dari pada orang lain. Tetaplah rendah
hati karena sesungguhnya apa yang ada pada diri kita semuanya tidak lain adalah
pemberian Allah swt. dan jika Allah ingin mengambilnya kembali maka tidak ada yang
mustahil bagi Allah swt.
Wallahu’allam bishshowab
0 komentar:
Posting Komentar
Segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.