ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ
اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُوْنَ
قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُۗ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ
41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).
42. Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi
lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Kandungan ayat:
Allah menciptakan bumi ini dengan sempurna dan penuh
keindahan, kemudian Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi,
dimana manusia memiliki tugas untuk menjaga dan melestarikan ciptaan Allah. Namun
kenyataan yang ada justru banyak diantara manusia yang menyalahi tugasnya
sebagai khalifah, mereka bukannya melestarikan bumi ciptaan Allah tapi
sebaliknya ia justru merusaknya. Mereka mengotori lautan, mengotori
sungai-sungai melakukan penebangan liar, membangun proyek-proyek yang menyebabkan
pengurangan populasi hutan, pepohonan dan binatang. Maka orang-orang seperti
inilah yang kemudian mendapatkan kehinaan dari Allah swt.
Kata الْفَسَادُ dalam ayat ini juga tidak hanya sebatas kerusakan Alam
saja, tetapi juga kerusakan terhadap jiwa dan hati manusia, dimana manusia
diciptakan oleh Allah dengan penuh kesempurnaan namun banyak dari mereka justru
tidak besyukur kepada Allah swt. Mereka menzholimi Allah, melakukan dan meyebarkan
kemungkaran di muka bumi dan melakukan perbuatan syirik menduakan Allah swt. karena
perbuatan manusia inilah Allah mengirimkan Azab atau musibah kepada manusia
sebagai bentuk peringatan kepada manusia agar ia kembali ke jalan yang dirdhoi
Allah. Jadi dapatlah diketahui bahwa musibah yang kita alami dalam kehidupan
hakikatnya itu merupakan tanda cintanya Allah kepada kita. Allah tidak ingin
kita menjadi orang-orang yang hina maka Allah senantiasa memberikan kita
musibah agar kita sadar, bertobat dan kembali kejalan yang benar. Oleh sebab
itu perbanyaklah munasabah/merenungi diri kita, dan perbanyak bersyukur kepada
Allah.
Adapaun yang dimaksud syukur tidak hanya sebatas
melafalkan kalimat hamdalah (Alhamdulillahi Rabbil Alamin), tetapi seorang
dikatakan bersyukur apabila ia senantiasa menjaga sholatnya, memperbanyak
sholat sunnah, memperbanyak istighfar dan bertobat, senantiasa berinkfak dan sedekah,
dan berusaha memaksimalkan diri dalam menjalani perintah Allah dan sunnah
Rasulullah dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Kemudian dalam ayat selanjutnya kita diperintahkan untuk
berpergian melihat peninggalan-peninggalan umat terdahulu agar kita sadar
dampak dari mendustakan dan menzolimi Allah swt. Seperti umat Nabi Nuh a.s yang
semuanya musnah ditelan banjir diakibatkan perbuatan syirik yang ia lakukukan,
umat Nabi Hud a.s yang memiliki bangunan megah tapi akhirnya musnah karena
kesombongannya, dan umat Nabi Sholeh a.s yang memiliki bangunan yang kokoh
namun akhirnya musnah karena suara petir dan guntur yang melendakkan telinga
mereka disebabkan kezolimannya. Serta umat-umat Nabi yang lainnya yang
kebanyakan musnah ditelan bencana diakibatkan karena perbuatan mereka sendiri
yang selalu mendustai dan menzolimi Allah swt. Namun berpergian keliling dunia
untuk melihat tanda-tanda kekuasan Allah serta peninggalan-peninggalan orang
terdahulu tentunya akan terasa berat bagi sebagian orang yang memiliki ekonomi
rendah. Maka dalam ayat ini kata “berpergian” tidak boleh kita maknai secara
tekstual saja tetapi harus dimaknai secara kontekstual agar mendapatkan
pemhaman yang tepat. Jadi kata “berpergian” juga bisa kita pahami bahwa kita
diperintahkan banyak belajar dan banyak membaca, karena dengan belajar dan
membacalah kita bisa mengatahui sejarah yang ada di dunia ini, sebagaiamana
pepatah mengatakan bahwa “buku adalah jendela dunia”. Maka untuk memperoleh
pengetahuann kuncinya adalah belajar, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah
saw. bahwa:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ
أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْم
Jika kalian
ingin mendapatkan kebahagian dunia wajib memiliki ilmu, jika kalian ingin
mendapatkan kebahagian akhirat maka wajib memiliki ilmu, dan jika kalian ingin
mendapatkan keduanya maka wajib memiliki ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar
Segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.