اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا
خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا
مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ
بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ
فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ
اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ
وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
10.
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.
11.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan
(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah
kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.
12.
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
Kandungan Ayat
1.
Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
عَنْ أبْنِ عُمَرَ رَضِى الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ
اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ لا
يَضْلِمُهُ ولايخذله وَلا يُسْلِمُهُ
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata:
“Rasulullah saw bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab
itu, jangan menzdalimi dan meremehkannya dan jangan pula menykitinya.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
2.
Seorang saudara
haruslah saling mencintai, merangkul satu dan saling tolong menolong. Sebagaiamna
sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ
بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik r.a, pembantu Rasulullah saw, dari Nabi saw. bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
Persaudaran yang
didasari oleh nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah islamiyah.
Ukhuwah islamiyah mencakup:
a.
Ukhuwah diniyyah, yaitu persaudaraan yang didasari
oleh persamaan agama.
b.
Ukhuwah waniyyah
wa an-nasab, yaitu persaudaran karena satu bangsa dan keterikatan
keturunan.
c.
Ukhuwah insaniyyah, yaitu persaudaran karena sama-sama manusia.
4.
Sesungguhnya Allah
menciptakan manusai dengan sempurna, disetiap kekurangan yang terjadi dalam
kehidupan pastilah ada hikmah/pelajaran yang terkandung didalamya. Oleh sebab
itu tidaklah diperkenankan seseorang untuk saling menghina, memanggil dengan
panggilan buruk dan merendahkan. Apatalagi kemulian seseorang tidak dinilai
dari bentuk fisik, kekayaan, dan jabatan, tetapi kemulian seseorang dinilai
dari ketaqwaanya, semakin tinggi ketaqwaan seseorang semakin mulialah ia di sisi
Allah. Karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah mereka yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah swt.
5.
Sebagai muslim
yang beriman larangan keras bagi kita untuk su’uzzan (berprasangka
buruk) kepada seseorang, berprasangka buruk merupakan perilaku tercela yang
harus dihindari. Sebaliknya muslim yang beriman diperintahkan untuk husnuzan
(berprasangka baik), baik itu kepada Allah, sesama manusia, maupun diri
sendiri.
6.
Husnuzan kepada
Allah, maksudnya adalah menyakini bahwa Allah betul-betul cinta kepada hambanya.
Allah tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya, setiap musibah yang
menimpa diri kita pastilah ada hikma dibaliknya.
7.
Husnuzan kepada
orang lain, artinya kita tidak diperkenankan untuk mencari-cari kesalahan orang
lain dan dilarang menggungjing orang lain, sungguh perbuatan tersebut adalah
perbuatan dosa. Bahkan Allah mengibaratkan orang yang menggunjing itu seperti
memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati.
8.
Husnuzan kepada
diri sendiri, maksudnya adalah kita harus memilik sikap percaya diri, optimis, pekerja keras, pantang menyerah, dan
tidak pernah berputus asa dari Rahmat Allah swt. sebagaimana Allah berfirman
dalam QS. Yusuf/12: 87:
.....وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ
رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ
الْكٰفِرُوْنَ
87. ..... jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang
yang kafir.”
0 komentar:
Posting Komentar
Segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan.